Di era digital saat ini, gawai (gadget) menjadi salah satu komponen penting sebagai penunjang gaya hidup. Tak terkecuali untuk berolahraga. Dengan semakin maraknya olahraga sebagai gaya hidup, termasuk olah raga lari, penggunaan sportwatch pun ikut populer. Bahkan, dapat dianggap sebagai salah satu barang wajib (must have item) untuk berolahraga.

Padahal, tanpa sportwatch pun sebenarnya kita masih dapat berolahraga dengan baik kan? Pun, dalam beberapa kasus, keberadaan sportwatch tak terlalu penting dan dapat digantikan fungsinya cukup dengan menggunakan smartphone saja. Jadi, sebenarnya apakah sportwatch cukup penting untuk Anda berolahraga?

Mengukur Waktu

Alasan yang paling umum menggunakan sportwatch adalah untuk mengukur beberapa metrik saat berolahraga seperti waktu, jarak, dan kecepatan. Tak ayal, namanya juga jam tangan, fungsinya sudah pasti untuk menunjukkan waktu. Namun, apakah Anda mesti menghabiskan dana jutaan rupiah hanya untuk mengukur seberapa lama Anda berolahraga? Stopwatch, ponsel, atau bahkan jam tangan biasa pun bisa. Tak perlu sportwatch khusus.

GPS

Pengukuran jarak dan pencatatan rute menggunakan GPS adalah hal penting bagi sebagian pelaku olahraga. Dengan fitur GPS yang ada pada sportwatch, maka jarak yang ditempuh dapat tercatat dengan baik. Lagi-lagi, fitur ini sudah bisa dilakukan cukup hanya dengan smartphone: hampir semua smartphone sudah dilengkapi dengan fitur GPS. Tak perlu sportwatch khusus. Kecuali jika fitur GPS di ponsel Anda sangat tidak akurat dan Anda membutuhkan akurasi tinggi.

Mengukur Kecepatan

Kombinasi besaran waktu dan besaran jarak dapat menghasilkan besaran turunan berupa kecepatan dan juga waktu tempuh (pace). Ketiganya dapat diukur cukup dengan smartphone. Tak perlu sportwatch.

Memantau Detak Jantung (HRM)

Nah, ini sudah semakin serius. Saya sendiri termasuk orang yang kurang percaya diri saat berlatih (apalagi saat berlomba), baik berlari maupun bersepeda, tanpa menggunakan HRM (heart rate monitor). Tentunya karena alasan medis, saya pernah memasuki HR Zone 6 dan hampir blackout saat berlatih di tahun 2011. Beberapa sportwatch terbaru sudah mengintegrasikan sensor detak jantung pada unitnya.

Sepuluh tahun lalu, saya masih harus menggunakan HRM yang dipasang di dada lalu dihubungkan dengan sportwatch. Saat itu saya pakai Polar Wearlink+ yang dihubungkan ke Nike+ Sportband. Tapi, saat ini banyak sekali HRM yang menggunakan koneksi bluetooth sehingga dapat dihubungkan dengan smartphone. Aplikasi seperti Nike+ Running (NRC), Strava, Endomondo dapat memanfaatkan sensor ini. Tak perlu sportwatch.

Sensor Lain?

Selain GPS dan HRM, ada beberapa sensor lain yang biasanya digunakan saat berolahraga. Misalnya, speed and cadence sensor atau power meter untuk bersepeda, maupun sensor untuk running dynamics. Namun, jika Anda tidak rajin melakukan analisa terhadap data-data ini, sepenting apakah data ini bagi Anda? Pun, sebagian besar sensor itu pun dapat dihubungkan ke smartphone dengan bluetooth.

Musik

Hampir dapat dipastikan semua smartphone dapat memutarkan musik selama Anda berolahraga. Namun, hanya sebagian kecil sportwatch yang dapat melakukan ini.

Kepraktisan

Nah, ketika kita berbicara soal kepraktisan, baru lah sportwatch menjadi terasa sangat bermanfaat. Bahkan signifikan. Apalagi dengan trend layar ponsel yang semakin membesar, membawa ponsel saat berolahraga menjadi semakin tidak praktis. Jika Anda termasuk yang lebih suka meninggalkan ponsel, maka sportwatch menjadi solusi yang menarik untuk kepraktisan.

Kembali soal sensor dan data-data yang dihasilkannya. Jika Anda termasuk pelari yang gemar memantau data jarak, kecepatan, detak jantung, dan data lainnya secara realtime saat berlari, maka penggunaan sportwatch memudahkan Anda untuk membaca data tersebut: hanya dengan melirik ke pergelangan tangan. Tak perlu merogoh saku dan mengambil ponsel (tak lupa melakukan unlock pula) hanya untuk mengetahui berapa detak jantung Anda. Atau, Anda tak perlu lagi menenteng-nenteng ponsel selama berolahraga.

Tapi, ada satu fitur smartphone yang belum bisa digantikan sportwatch, yakni untuk berfoto saat berlari. Untuk yang gemar swafoto (selfie) saat berlari, maka tentunya walau sudah pake sportwatch, tetap akan membawa smartphone.

Pilihan Saya?

Pertama kali saya menggunakan sportwatch adalah pada tahun 2009 dengan Nike+ Sportband. Saat itu, smartphone belum secanggih sekarang. Belum banyak smartphone yang menggunakan GPS, dan saya hampir tidak dapat menemukan aplikasi untuk mengukur lari. Bahkan Nike+ iPod yang ada di iPhone atau iPod touch pun belum menggunakan GPS — masih mengandalkan Nike+ sensor yang diletakkan di sepatu.

Seiring waktu dengan semakin canggihnya smartphone, semua fitur itu dapat dilakukan oleh smartphone. Namun, alasan kepraktisan membuat saya lebih suka menggunakan sportwatch. Mulai dari Nike+ Sportband, Nike+ Sportwatch GPS, TomTom MultiSport, dan kini TomTom Spark Cardio Music yang menjadi alat bantu ukur saya dalam berolahraga. Pun, saya termasuk orang yang gemar memantau data secara realtime saat berlari, maupun saat bersepeda — terutama untuk pace, cadence, dan detak jantung. Jadi, ponsel praktis tidak saya gunakan selama berlari, sehingga dapat saya tinggalkan di rumah jika saya hanya berlatih di sekitar rumah saja.

Begitu pula untuk musik, dulu saya lebih suka mengandalkan iPod Shuffle karena ukurannya yang sangat kompak dan juga ketersediaan tombol fisik yang mudah diakses. Kini, saya menyimpan musik di TomTom Spark.

Jadi, Sepenting Apa Sportwatch?

Ya kembali ke kebutuhan dan selera Anda, dan tentunya tergantung anggaran pula. Ingin yang praktis saat berolahraga tanpa perlu membawa ponsel? Pakai sportwatch. Jelas kepraktisannya. Kembali merujuk ke anggaran, jika kebutuhan Anda tidak terlalu spesifik, tak membutuhkan metrik dan beraneka sensor, hanya cukup GPS saja misalnya, tak perlu membeli sportwatch yang paling mahal. Kecuali ya memang Anda tak mengenal efisiensi anggaran: Sultan sih bebas aja mau ngapain.

Tapi jika Anda selalu membawa ponsel saat berolahraga dan tak ingin punya banyak barang untuk diisi baterainya? Ya cukup pakai ponsel saja. Apalagi jika Anda gemar selfie, tak mungkin alpa untuk membawanya saat berlari.

HRM: Paling Penting

Namun saran saya, apapun pilihan Anda, menggunakan smartphone ataupun sportwatch, gunakanlah sensor HRM. Karena menurut saya, sensor detak jantung ini jauh lebih penting daripada sekedar GPS ataupun metrik lainnya. Beberapa sportwatch sudah memiliki sensor denyut nadi yang terintegrasi. Jika tidak ada, cari HRM yang sesuai untuk sportwatch Anda. Begitu pula jika Anda menggunakan smartphone, gunakan HRM yang berbasis bluetooth untuk memudahkan koneksi ke smartphone. Jika Anda tak suka menggunakan HRM yang dilingkarkan di dada, kini juga sudah ada HRM sensor yang dapat digunakan di lengan.