TomTom akhirnya memutuskan untuk keluar dari pasar wearable dan olahraga, atau yang mereka sebut dengan bisnis consumer sport. Mereka akan kembali fokus ke bidang navigasi dan satelit yang memang merupakan keahliannya. Produk TomTom yang meliputi Adventurer, Spark, Runner, Touch, bahkan Golfer serta action cam Bandit dipastikan tidak lagi dikembangkan dan tidak akan keluar lagi versi barunya.

Namun jangan khawatir, TomTom masih akan memberikan dukungan purnajual untuk produk tersebut, walau kemungkinan besar takkan ada pembaruan software atau firmware di masa mendatang. Untuk saat ini, TomTom masih akan terus menjual produk olahraganya. Aplikasi dan layanan MySports juga masih akan bisa digunakan. Mungkin sampai beberapa tahun ke depan. Mudah-mudahan.

TomTom sendiri mulai memasuki pasar ini dengan bekerja sama dengan Nike melalui produk Nike+ Sportwatch GPS. Saat itu, kompetitornya Garmin sudah lebih dulu merambah pasar ini. Setelah beberapa tahun, kerjasama dengan Nike berhenti dan TomTom pun meluncurkan produknya sendiri yakni TomTom Runner dan TomTom Multisport. Jam tangan GPS TomTom Multisport ini berevolusi menjadi Spark dan Adventurer dengan menanamkan wrist-based HRM dan integrasi pemutar musik. TomTom Multisport juga dikembangkan menjadi TomTom Golfer untuk para pegolf.

Selain itu, jam tangan olahragawan ini pun berevolusi menjadi TomTom Touch, sebuah fitness tracker yang unik karena bisa mengukur body composition. Sehingga punya keunggulan tersendiri jika dibandingkan kompetitornya seperti Fitbit atau Jawbone. Seakan tak mau kalah dengan Garmin Virb yang menantang GoPro, TomTom pun menghadirkan action cam bertajuk Bandit yang mungkin tak banyak orang tahu juga. Apalagi, TomTom tak tersedia secara resmi untuk pasar Indonesia. 

Saya sendiri termasuk salah satu pengguna TomTom Multisport generasi pertama dengan paket HRM. Memang, karena tidak tersedia di Indonesia, mendapatkan TomTom Multisport ini tidak mudah. Saya mesti berbelanja di Amazon dan mengimpornya dari negeri Paman Obama (saat itu belum era Paman Donald). Saya memilih TomTom Multisport karena bisa digunakan untuk bersepeda juga, dan kini sudah kompatibel dengan platform Nike+ yang saya gunakan sejak 2009. Selain HRM, dalam paket juga sudah disediakan mounting untuk handlebar sepeda.

Tentunya saya sadar bahwa ketiadaan TomTom di Indonesia berarti saya menanggung segala risiko yang akan terjadi, termasuk jika perangkat ini bermasalah atau rusak. Benar saja, setelah setahun pemakaian, TomTom Multisport saya bermasalah: mati setelah beberapa menit digunakan. Padahal, TomTom Multisport ini belum saya gunakan sama sekali untuk bersepeda, hanya untuk berlari saja. Dari gejalanya, ada indikasi bahwa permasalahan muncul dari baterai yang sudah usang. Namun, setelah saya ganti baterai baru, masalah ini tak juga hilang.

Alhasil, saya membeli satu lagi TomTom Multisport yang sama, tapi kali ini tanpa paket HRM karena sudah punya sebelumnya. Alhamdulillah, kali ini sudah lebih setahun (sejak pembelian pada Juni 2016) semua masih bekerja dengan baik. Walau HRM sudah habis baterainya, namun tak masalah karena tinggal ganti dengan baterai CR2032 yang banyak dijual.

Begitu pula ketika saya ingin memasangkan TomTom Multisport dengan sensor sepeda (speed/cadence sensor). Lagi-lagi saya mesti melakukan impor. Untungnya, Lazada Singapore menerima kartu kredit Indonesia dan menyediakan pengiriman gratis ke Singapura. Alhasil, saya memesan melalui Lazada Singapore seharga SGD 30 dan mengirimkan ke teman yang ada di Singapura. Untungnya, dia tidak berkeberatan membawakannya ke Indonesia untuk saya. Kini sudah terpasang di Specialized Allez dan bekerja dengan baik, terutama saat saya ingin melakukan cadence training dan speed training. Termasuk mounting sepeda yang sudah lama berdiam di dalam kardusnya, kini berfungsi penuh memegang TomTom di handlebar.

Mencari aksesoris lain seperti tali jam (strap) juga seru. Karena basis pengguna TomTom termasuk kecil, bahkan di dunia, mencari aksesorisnya tak mudah. Apalagi yang dari pihak ketiga. Apalagi yang bisa mengirimkan ke Indonesia. Untungnya saya bisa menemukan tali jam ini di AliExpress. Walau pilihan warnanya tak banyak dan kurang menarik. Tapi, ya sudahlah...

Sejatinya, saya berencana untuk melakukan upgrade ke TomTom Spark 3 Cardio + Music di masa mendatang. Namun dengan langkah bisnis yang diambil TomTom beberapa hari lalu, tampaknya saya mesti mengubah rencana itu. Sudah pasti saya akan menggunakan TomTom Multisport, HRM sensor, dan bike sensor ini sampai batas akhirnya. Untungnya, karena HRM dan bike sensor TomTom ini berbasis bluetooth, jadi masih bisa digunakan dengan iPhone.

Berikutnya, mungkin saya akan beralih ke ekosistem Garmin. Bagaimana dengan Apple Watch? Walau Apple Watch Nike+ cukup menggoda dan juga kompatibel dengan Strava, namun saya masih berkeberatan jika harus melakukan pengisian baterai setiap malam. Ya, kita lihat saja nanti. Mungkin baru akan saya pikirkan saat TomTom saya sudah tak bisa berfungsi, atau saat TomTom menutup layanan MySports.

Thanks, TomTom. You have accompanied me for more than a thousand kilometers of runs, and hundreds kilometers of cyclings. And, still counting...