Dua tahun yang lalu saya mengganti ban Yamaha Mio J saya. Ban belakang dengan Zeneos ZN62 pada Agustus 2015, dan ban depan dengan Corsa Platinum ada September 2015. Keduanya saya ganti di Planet Ban cabang Condet. Memang jarak tempuh saya tak jauh, dalam dua tahun ini hanya menggelinding sekitar 11 ribu kilometer saja. Bahkan ban belakang masih tampak dalam keadaan baik. Namun, untuk ban depan, kondisinya sudah memprihatinkan.
Tak sekedar gundul, ban Corsa Platinum di bagian depan ini pun tak merata ausnya: hanya di bagian sebelah kanan. Memang saya cukup agresif menggunakan rem depan dibandingkan rem belakang. Namun ketidakseimbangan ini bisa berarti pula ada masalah pada motor saya: bisa karena beban yang tak seimbang, setang yang tak lurus, atau mungkin suspensi teleskopik depan yang sudah tak seimbang. Namun yang pasti, ban depan ini harus segera diganti.
Saya mencoba mengeksplorasi toko lain. Walau sebenarnya minggu sebelumnya saya sudah mengunjungi lagi Planet Ban Condet, namun memang pilihan ban saya rasa kurang banyak. Lagi-lagi Planet Ban selalu merekomendasikan Michelin. Mungkin memang sudah kerjasama. Yang menarik, di Pasar Minggu ini saya menemukan tiga toko ban yang berdekatan: Pro Ban, Planet Ban, dan Dunia Sepeda Motor (DSM). Urutannya seperti itu jika dari arah Pancoran, dengan posisi bengkel di sebelah kiri jalan. Mungkin karena Jalan Pasar Minggu ini merupakan salah satu rute utama untuk komuter warga Depok-Bogor yang bekerja di Jakarta menggunakan sepeda motor, maka sepanjang jalan banyak sekali saya temui bengkel motor.
Akhirnya pada Minggu (13/08) saya berangkat ke Pasar Minggu. Karena patokan awal saya adalah Planet Ban, maka saat pertama kali melintas, saya melewatkan toko Pro Ban yang ada paling awal. Sehingga Planet Ban Pasar Minggu menjadi perhentian pertama saya. Mungkin karena Minggu sore, tak terlalu banyak pengunjung di Planet Ban, hanya sekitar 2-3 motor selain Mio J saya. Lagi-lagi permasalahan yang saya temui mirip: walau pilihannya cukup banyak, tapi saya masih merasa kurang beragam. Tapi memang petugasnya cukup ramah dan proaktif. Baru turun dari motor saja sudah ditanyakan, "Mau cari ban apa, Pak?" yang dilanjutkan dengan mengarahkan saya ke rak etalase ban. Sayangnya pilihannya terbatas: Corsa, Michelin. Bahkan FDR pun lagi kosong. Karena memang belum niat membeli, saya tak menanyakan harga. Toh, belum menemukan ban yang cocok juga.
Saya melanjutkan ke toko berikutnya: Dunia Sepeda Motor, yang jaraknya tak jauh dari Planet Ban Pasar Minggu. Yang luar biasa dari DSM adalah bengkelnya yang "lebar". Entah berapa toko lebarnya. Perkiraan saya, ini lebarnya 3-5 ruko. Ada berapa pengunjungnya? Jangan ditanya. Walau Minggu sore, sepanjang toko penuh dengan motor yang bejubel. Wajar, karena DSN bukan toko ban, melainkan juga bengkel. Saya parkirkan Mio J, saya masuk ke toko dan melihat rak ban. Ternyata memang tak banyak pilihan juga. Pun saya bingung, yang mana petugas bagian penjualan, yang mana mekanik. Ya sudah, karena tak menemukan ban yang dirasa cocok, saya tinggalkan bengkel ini.
Untuk kembali ke Pro Ban, saya terpaksa memutar balik dua kali. Tak masalah, lalu lintas Jalan Raya Pasar Minggu di Minggu sore itu cukup bersahabat. Ketika saya tiba di Pro Ban, tampak hanya ada 1 motor Honda Vario yang sedang dikerjakan. Turun dari motor, saya langsung disambut petugas berseragam dengan ramah, "Ada yang bisa dibantu, Pak?" Jawaban saya cukup sederhana: "Saya mau ganti ban depan Mio J, tubeless, ukuran paling lebar yang bisa dipakai." Lalu saya diarahkan ke rak etalase ban, dan direkomendasikan ukuran 80/80 atau 80/90.
Pilihan yang tersedia cukup banyak. Mulai dari Corsa, Swallow, FDR, IRC, Zeneos, hingga Aspira dan Michelin. Saya sendiri cukup ragu antara FDR Genzi, IRC Reborn, dan Aspira Premio Sportivo. Toh ketiganya sama-sama diproduksi lokal oleh perusahaan yang mapan (Astra dan Gajah Tunggal), dan memiliki spesifikasi yang sama: 43P. Hingga akhirnya saya memilih Aspira Premio Sportivo dengan banderol 196 ribu, sudah termasuk ongkos pasang.
Bahkan jika Anda bingung, toko Pro Ban punya tabel produk berbagai merk yang disusun berdasarkan ukuran ban. Tabel ini ada di dinding toko sehingga mudah untuk dilihat. Misalnya Anda tak ingin ribet mencari-cari di etalase, cukup lihat tabel ini, cari ukuran yang diinginkan, maka Anda bisa lihat alternatif produk apa saja yang ukurannya sesuai.
Seperti halnya di Planet Ban, petugas berseragam ini menggunakan mesin untuk melepaskan dan memasang ban ke velg motor. Ban dan velg pun dilumasi sebelum dilepas dan dipasang untuk menghindari rusaknya velg. Saya juga sempat ditawarkan untuk menggunakan cairan anti-paku. Namun kali ini saya menolak untuk menggunakannya. Mungkin nanti saya akan ceritakan detailnya di tulisan terpisah.
Satu hal lagi yang menarik, pemasangan kembali roda ke sepeda motor pun menggunakan bor angin. Tak menggunakan kunci manual. Pun katanya ban diisi dengan nitrogen. Untuk pembayaran, saya menggunakan kartu debit BCA. Menurut petugas Pro Ban, kartu debit Bank Mandiri juga dapat diterima untuk pembayaran. Total biaya yang saya bayarkan adalah Rp.202.000 dengan detail Rp.196.000 untuk ban luar dan Rp.6.000 untuk pentil besi tubeless.
Kalau merujuk pada spanduk yang ada di bagian depan toko, memang Pro Ban menawarkan tiga fitur utama: instalasi dengan mesin, pengisian angin nitrogen, dan member. Namun entah kenapa, sampai saya pergi meninggalkan toko, saya tidak ditawari membership. Mungkin programnya belum jalan, atau petugasnya lupa. Sepertinya, program member ini mirip seperti Kartu APUNG milik Planet Ban, bisa untuk pengisian ulang nitrogen gratis.
Oh iya. Sebenarnya tersedia pula berbagai minuman dingin di dalam lemari es yang bisa dibeli untuk menemani Anda saat menunggu motor dikerjakan. Namun karena kali ini prosesnya sangat cepat (saya tidak mengantre karena toko sepi), saya tak sempat memikirkan untuk membeli minuman. Ya, sejauh ini cukup memuaskan.
Apakah Anda sama seperti saya yang baru kali ini tahu ada toko Pro Ban? Atau ada yang ingin berbagi pengalaman mengenai ban Aspira Premio Sportivo?