Ada seloroh yang mengatakan bahwa kopi hitam dan black coffee itu adalah minuman yang sama, namun harganya bisa berbeda hanya karena perbedaan bahasa saja. Seloroh yang secara praktis memang benar berdasarkan fakta di lapangan. Kopi hitam yang umum ditemukan di warung pinggir jalan, harganya sangat murah. Sementara ketika kita memesan black coffee di gerai kopi, harganya lebih mahal. Apalagi, ketika pakai embel-embel espresso, americano, italiano, idunno —apalah itu— harganya bisa melonjak tajam. Kenapa ini bisa terjadi?

Alhasil banyak yang mengaitkan dengan semakin keritingnya bahasa yang digunakan, maka berdampak kepada status sosial peminumnya. Beli gengsi. Namun perihal kopi ini ternyata memang ada alasan logisnya yang menyebabkan harga bisa berbeda, bahkan bisa berbeda sangat jauh.

Pada dasarnya, ketiga produk tersebut: kopi hitam, black coffee, dan espresso; adalah produk yang sama. Yakni minuman kopi yang berwarna hitam tanpa campuran tambahan seperti gula atau krim maupun susu. Okelah, jika Anda tak mau menganggap ketiganya sama persis, tapi ketiganya bisa kita bilang mirip: sama-sama kopi. Walau saya paham, untuk penggemar kopi akan protes karena dari sisi kualitas bahan akan berbeda. Ya, sebenarnya bisa langsung terjawab bahwa beda harga itu karena beda kualitas biji kopinya.

Berikutnya, kita tinjau pula produk sampingan kopi tersebut: tempat. Banyak yang bilang kalau yang mahal itu tempatnya. Kopi hitam di warung pinggir jalan tentunya bisa murah karena biaya sewa dan perawatan tempatnya cukup murah. Tak seperti gerai di mal ataupun gedung perkantoran yang membutuhkan biaya lebih besar. Sebagian biaya yang besar ini juga untuk memberikan nilai tambah pada konsumen: penyejuk udara, koneksi internet, sofa nyaman, dan perabot lain yang membuat konsumen nyaman.

Sampai di sini, tentunya kita setuju kenapa black coffee dan espresso di gerai kopi modern harganya jauh lebih mahal: kualitas dan nilai tambah. Namun ternyata ada satu hal lagi yang membuat black coffee dan espresso ini menjadi lebih mahal dari sekedar kopi hitam sederhana: kemampuan pramusaji. Lah? Bedanya apa? Hehehe...

Saya yakin, semua pramusaji di Indonesia bisa menawarkan kopi hitam. Bahkan jika dia tak mengerti tentang dunia perkopian sekalipun. Namun, untuk menawarkan black coffee, ada tambahan syarat dalam merekrut pramusaji: kemampuan berbahasa Inggris verbal aktif. Kenapa? Karena wisatawan mancanegara akan mencari penjual yang menawarkan black coffee karena tak mengerti apa itu "kopi hitam". Ketika mereka memesan kopi dengan Bahasa Inggris, maka pramusaji pun wajib hukumnya untuk bisa berbahasa Inggris. Sekarang Anda paham betapa pelajaran Bahasa Inggris itu "mahal" harganya di lapangan kan?

Lalu kenapa espresso bisa lebih mahal? Apa perlu pramusaji yang bisa berbahasa Italia?

Oke, kita kesampingkan bahwa untuk membuat espresso itu butuh alat dan teknik khusus: barista dengan kemampuan yang lebih ahli, investasi mesin, dan bayar listrik lebih banyak. Kita tetap fokus di urusan pramusaji saja. Espresso adalah soal teknis, lebih dari masalah kemampuan berbahasa asing. Gerai akan butuh pramusaji yang bisa menjelaskan "spesifikasi teknis" dari espresso yang ditawarkan. Singkatnya, ada tambahan syarat saat mencari karyawan untuk pramusaji: penguasaan ilmu kopi.

Jelas bahwa dari sisi kebutuhan pramusaji saja akan membutuhkan tingkat kemampuan yang berbeda: begitu pula dengan gajinya. Bisa kita simpulkan bahwa memang kemampuan bahasa asing dan luasnya wawasan itu mahal harganya. Tentu soal kualitas dan nilai tambah gerai juga mempengaruhi harga akhir dari kopi yang dijual. Jadi, wajar kalau beda nama maka beda harganya bukan?