Pertengahan 2010, siapa yang tak kena demam BlackBerry? Lalu, siapa pengguna BlackBerry yang tak pernah jadi "banci steker"? Begitulah rata-rata perilaku pengguna aktif BlackBerry, selalu bawa charger di dalam tas, dan mencolokkannya ketika menemukan colokan listrik (power outlet) nganggur. Bahkan di tempat umum dan ruang publik. Namun tak lama, para banci steker pun insyaf, seiring dengan hadirnya teknologi yang disebut dengan batere gendong. Yang saat ini lebih dikenal dengan nama powerbank.

Kepemilikan ponsel cerdas (smart phone) saat ini semakin menjamur. Tak hanya di kalangan "orang berpunya", namun hingga kalangan menengah (bahkan, tak jarang kelas ekonomi menengah ke bawah). Seperti halnya BlackBerry, ponsel cerdas pun tak kalah aktifnya untuk selalu terhubung dengan internet. Tak ayal, konsumsi daya listrik pun tinggi. Baterai cepat habis. Juga seperti halnya pengguna BlackBerry, pengguna gawai (gadget) canggih, iPhone, iPad, Android, sabak (tablet), bahkan iPod Touch, juga menggendong batere tambahan, powerbank.

Per 2010, saya membeli iPhone 3GS, dan juga akhirnya merasakan bagaimana menjadi "haus daya listrik". Tak hanya melihat power outlet menganggur, bahkan melihat port USB nganggur pun rasanya ingin mencolokkan iPhone untuk mengisi baterai.

Dengan mobilitas yang tinggi antar kota Jakarta-Bandung saat itu, ada permasalahan baru: bagaimana untuk mengisi daya di dalam kendaraan sepanjang Tol Cipularang? Memang saat ini, beberapa penyedia transportasi travel sudah menyediakan power outlet di dalam armadanya. Tapi tidak untuk saat itu. Batere gendong pun kembali menjadi solusi terbaik.

Sayangnya, saat itu tidak banyak pilihan power bank yang tersedia di pasaran. Umumnya adalah produk dengan merk generik Cina. Harganya lumayan terjangkau, di kisaran Rp.125.000 - Rp.175.000. Di Ebay pun ditawarkan sekitar USD 7.00 hingga USD 12.00.

Tak yakin dengan merk generik, saya coba mencari merk yang lebih terkenal di dunia produksi baterai: Sony, Sanyo, LG, Energizer, dll. Namun, saya lebih tertarik dengan teknologi Eneloop dari Sanyo.

Sanyo mengklaim Eneloop memiliki self-discharge yang sangat kecil. Artinya, jika baterai tidak digunakan, maka daya listrik bisa lebih tahan lama: setelah disimpan satu tahun, bisa menyimpan hingga 90% daya. Sementara baterai lain umumnya sudah tewas ketika baru disimpan seminggu saja.

Selain umur, jumlah siklus juga mempengaruhi "usia" baterai. Umumnya baterai isi ulang mampu diisi 300 hingga 500 siklus. Sementara Eneloop bisa 1000 hingga 1800 siklus. Artinya lebih awet. Tidak cepat "mati".

Tak heran kalau Apple pun mengadopsi teknologi ini untuk baterai di semua produknya.

Akhirnya saya pun menebus Sanyo Eneloop Mobile Booster di Bandung Electronic Center (BEC). Salah satu faktor penting adalah: kompatibel dengan iPhone (bersertifikasi). Saat itu ada 2 pilihan kapasitas: 2.500 mAH (Rp.250.000) dan 5.000 mAH (Rp.400.000). Saya pilih yang paling besar, selain karena kapasitasnya gemuk, juga bisa diisi dengan menggunakan adaptor (disediakan dalam paket pembelian). Sehingga tak repot untuk mencolokkan ke USB port. Pun, yang berkapasitas 5.000 mAH ini dilengkapi dengan 2 port USB, sehingga bisa mengisi 2 perangkat sekaligus. Walaupun sebenarnya, 2.500 mAH sudah cukup untuk pemakaian wajar. Kecuali kalau seharian berada di luar ruangan (di jalanan).

Dan yak, hingga kini di awal 2013, Eneloop saya masih berfungsi dengan normal. Memang tidak digunakan setiap hari. Dengan self-discharge yang rendah, saya bisa simpan selalu Eneloop di dalam tas tanpa perlu takut "isinya habis".

Ketika berjalan-jalan, termasuk ke luar kota, tentunya saya akan banyak bergantung pada Eneloop ini untuk mengisi daya iPhone. Kalau hanya 1-2 hari, maka sekali isi saja Eneloop sudah cukup.

Namun sayangnya, Eneloop Mobile Booster ini kurang informatif. Indikatornya hanya satu LED berwarna biru yang akan berkedip dengan pola tertentu. Nah, untuk orang yang pelupa seperti saya, akan sulit mengartikan pola kedipan ini. Saya pun menyiasatinya dengan menggunting lembar panduan kode tersebut, dan menempelkannya di Eneloop. Hehehe

Selain itu, Eneloop ini juga kurang bersahabat dengan perangkat BlackBerry. Ketika saya coba untuk mengisi daya baterai Bold Onyx (9700), muncul pesan bahwa perangkat pengisian daya tidak didukung. Pengisian pun gagal.

Jadi, apakah kamu saat ini sudah punya power bank?