Perkebunan Nusantara Ciater
Malam minggu datang lagi. Malam minggu kemarin (Sabtu 12/05 - Minggu 13/05) saya, Rian dan Cicin melakukan sedikit perjalanan kecil. Tidak... tidak... bukan maksud saya untuk menyaingi Zamroni sang pangeran jeng jeng asal kota Jogja. Tetapi memang menjadi rencana yang spontan.

Awalnya, Sabtu sore saya hanya berkunjung ke kos-kos-an Rian dalam rangka sekedar "say hello". Hingga akhirnya matahari terbenam, saya dan Rian memutuskan untuk keluar jalan-jalan, dan sebelum berangkat kami makan malam dulu di warung tenda "Ayam Bakar/Goreng Pak Ewok" yang berlokasi di Jl. Setiabudhi, di dekat kos Rian. Saya merekomendasikan anda untuk mencoba mencicipi masakan di sini. Rasanya "maknyussss" kalo kata Pak Bondan Winarno.

Setelah perut terisi penuh (sehingga tidak dapat berjalan dengan normal lagi) kami meluncur ke BEC (Bandung Electronic Center) sekedar iseng aja liat-liat barang elektronik sekalian ngecek harga Memory Stick buat W850i. Hingga sekitar pukul 21.00 WB (waktunya Bandung) kami meninggalkan BEC dan menuju ke kos-kos-an Cicin yang berlokasi di Jl. Sumbawa.

Setelah "say hello" kepada beberapa teman lain yang juga tinggal di kos-kos-an tersebut dan beberapa perbincangan ringan, tercetuslah sebuah ide kurang kerjaan untuk jalan-jalan ke Lembang. Deal! Sepasang Yamaha Jupiter Jet Z dan seekor Suzuki Satria F150 dipersiapkan untuk berangkat. Dan kebetulan kondisi jalan raya menuju Lembang pada saat itu tidak terlalu macet dibandingkan malam minggu biasanya.

Dan ketiga pemuda itu pun menikmati perjalanannya yang terjal berliku dalam memanjat gunung dengan motornya masing-masing. Hingga akhirnya sampailah di Lembang. Secara Cicin belum makan malam, kami berhenti di warung sate padang untuk mengisi perut (lagi, untuk saya dan Rian). Sekitar pukul 22.00 WL (waktu Lembang), karena merasa tanggung, kami pun melanjutkan lagi perjalanan hingga Ciater.

Siap Bergotong Royong
Ternyata perjalanan menuju ciater jauh lebih menarik daripada Bandung-Lembang. Dengan tikungan-tikungan cepat dan beberapa tikungan tajam, cukup memacu adrenalin dan membuat dinginnya udara malam tidak terasa. Oh... tidak! Kami tidak kebut-kebutan! Cukup 60 km/jam hingga 80 km/jam, bahkan cukup 40 km/jam di tikungan sudah membuat sensasi tersendiri dalam berkendara.

Sesampainya di Ciater, ya sudah! Kami pulang! Namanya juga orang iseng. Tapi kami tidak mungkin pulang sia-sia dengan tangan hampa. Kami selalu berhenti di sejumlah spot-spot menarik untuk mengabadikan momen. Ya, pasti! dengan berfoto ria. Perjalanan pulang pun setali tiga uang dengan perjalanan pergi, sama menariknya, sama menantangnya.

Sebelum pulang, sekali lagi kami hinggap dulu di "Surabi Enhaii". Seperti biasa, saya makan malam dua kali. Karena itu saya mesti makan dulu. Saya hanya memesan roti bakar telor keju dengan ditemani susu hangat rasa cappucino. Rasanya lumayan enak, boleh lah untuk direkomendasikan.

Karena sepulang dari "Surabi Enhaii" dirasa sudah cukup malam (sekitar pukul 01.30 WS, waktu Setiabudhi) maka saya dan Cicin memutuskan untuk menginap di kos Rian yang juga di Jl. Setiabudhi itu. Berhubung roti bakar tadi tidak cukup memuaskan, sekali lagi saya membuat mi instan di kos Rian seraya menonton DVD Resident Evil 2 yang ternyata sudah saya tonton di salah satu stasiun televisi swasta (yang saat itu saya kira adalah Resident Evil yang pertama). Dan pulang ke rumah pada pagi harinya sekitar jam 06.30 WKR (waktu kos Rian).

Yah, beginilah para pria-pria kesepian dalam mengisi waktu dan menikmati malam minggunya.