Banyak yang bilang, sehat itu mahal. Ya memang, karena kesehatan adalah harta yang paling berharga, dan tak bisa dinilai secara materi. Dan juga manusiawi jika kita baru menghargai sebuah nikmat saat kenikmatan itu sudah hilang. Begitulah dengan kesehatan, ketika sakit, kita baru sangat menghargai rasanya sehat kan?

Kalau mau hitung-hitungan materi, sehat itu mahal memang, tapi sakit itu lebih mahal. Lebih banyak biaya yang dibutuhkan, dan hidup kita juga jadi lebih repot kan? Belum lagi memperhitungkan kesakitannya. Pokoknya gak enak deh. Mencegah lebih baik daripada mengobati.

Di tengah pandemi COVID-19 yang disebabkan oleh novel corona virus (nCov) alias virus korona ini, kesehatan menjadi sorotan banyak orang. Di satu sisi, kita semua jadi lebih memperhatikan kesehatan. Yang tadinya jarang mengkonsumsi makanan bernutrisi baik dan seimbang, kini menjadi lebih rajin. Yang tadinya malas bergerak, kini lebih teratur dalam aktivitas fisik. Bahkan, kita menjadi lebih bersih dengan sanitasi dan menjaga kebersihan lingkungan.

Sebelum pandemi, kita berapa kali cuci tangan dalam sehari? Sebelum pandemi, apakah kita rajin menggunakan masker? Sebelum pandemi, apakah kita mengkonsumsi sayuran? buah-buahan? vitamin dan suplemen?

Daya tahan tubuh adalah perlindungan pertama bagi penyakit apapun. Alhasil, gaya hidup sehat memang wajib hukumnya. Bagi saya, ada tiga unsur penting yang mempengaruhi kesehatan: nutrisi, aktivitas fisik, dan istirahat.

Asupan nutrisi dari makanan sudah pasti akan sangat tergantung dari pola makanan kita sehari-hari. Apakah kita hanya mementingkan citarasa? Atau yang penting kenyang? Atau kita mengkonsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan nutrisi kita? Namun, saat ini untungnya enak dan sehat itu dapat dinikmati keduanya. Tak sedikit opsi makanan sehat yang juga bercitarasa baik dan menggugah selera.

Untuk saya pribadi, ujung-ujungnya memang membentuk kebiasaan konsumsi makanan sehat. Selera itu bisa disesuaikan kok, tapi memang butuh waktu. Saat ini mungkin waktu yang tepat bagi kita untuk memulai kebiasaan pola makan yang sehat. Konsumsi makanan bergizi baik dan seimbang. Jika perlu, konsumsi suplemen dan vitamin.

Aktivitas fisik tentunya menjadi unsur penting juga bagi kesehatan. Memang, perlu diakui bahwa untuk yang tidak terbiasa, sungguh sangat berat sekali membentuk gaya hidup sehat dengan olahraga. Namun, semua bisa dimulai kok. Tak ada kata terlambat. Tantangannya di era pandemi ini adalah keterbatasan mobilitas. Dengan adanya PSBB (pembatasan sosial berskala besar), aktivitas luar ruangan menjadi sangat terbatas, termasuk untuk berolahraga.

Namun, pasti ada solusi untuk ini. Olahraga itu tidak harus yang “serius dan profesional” kok. Banyak olahraga yang bisa kita lakukan di dalam rumah. Untuk yang mampu, bisa berlari dengan treadmill, ataupun bersepeda menggunakan trainer atau roller. Tapi, tanpa alat bantu pun sebenarnya banyak olahraga yang bisa dilakukan, mulai dari senam (ada yang ingat SKJ?) hingga gerakan-gerakan seperti push-up, pull-up, sit-up, squad jump, dll. Bingung? Tenang, ini sudah tahun 2020. Ada banyak aplikasi yang bisa digunakan, pun bisa menonton video di YouTube sebagai instruksi.

Istirahat menjadi pelengkap penjaga kesehatan kita. Tanpa tidur yang cukup dan berkualitas baik, tubuh kita tidak dapat melakukan pemulihan setelah aktivitas fisik. Maka dari itu, sesuai anjuran Bang Haji Oma, jangan begadang kalau tiada artinya. Begadang boleh saja kalau ada perlunya.

Lalu, bagaimana kalau kita sakit selama pandemi dan PSBB ini?

Mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Manusia hanya bisa berencana, namun Tuhan yang berkehendak kan? Seperti yang telah kita ketahui, rumah sakit adalah salah satu tempat yang mesti kita hindari semasa pandemi ini. Namun, jika memang kita memiliki masalah kesehatan, tentunya yang harus kita lakukan adalah menghubungi tenaga kesehatan profesional. Karena tak semua penyakit bisa sembuh dengan sendirinya. Apalagi di era pandemi COVID-19, kita mesti ekstra waspada — tapi jangan sampai paranoid.

Salah satu alternatif langkah awal yang bisa dilakukan adalah memanfaatkan teknologi telemedis. Aplikasi telemedis seperti Halodoc dapat digunakan untuk berkonsultasi dengan dokter profesional guna menindaklanjuti keluhan kesehatan Anda. Melalui aplikasi Halodoc, dokter dapat memberikan diagnosis awal, dan jika memang diperlukan, dokter dapat melakukan rujukan ke rumah sakit.

Sebagai pedoman umum, virus corona bisa menimbulkan beragam gejala pada pengidapnya. Gejala yang muncul ini bergantung pada jenis virus corona yang menyerang, dan seberapa serius infeksi yang terjadi. Beberapa gejala virus corona yang terbilang ringan adalah: hidung beringus, sakit kepala, batuk, sakit tenggorokan, demam, atau tidak enak badan.

Namun, perlu ditegaskan pula bahwa  beberapa virus corona dapat menyebabkan gejala yang parah. Infeksinya dapat berubah menjadi bronkitis dan pneumonia (disebabkan oleh COVID-19), yang mengakibatkan gejala seperti: demam tinggi, bantuk berlendir, sesak napas, dan nyeri pada bagian dada.

Infeksi bisa semakin parah bila menyerang kelompok individu tertentu. Contohnya, orang dengan penyakit jantung atau paru-paru, orang dengan sistem kekebalan yang lemah, bayi, dan lansia.

Jika Anda merasakan gejala-gejala infeksi virus corona atau COVID-19 tak kunjung membaik dalam hitungan hari, atau gejalanya semakin berkembang, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter di Halodoc untuk diagnosis awal sebelum mengunjungi rumah sakit. Dengan diagnosis yang tepat, Anda dapat dirujuk ke rumah sakit untuk Corona yang terdekat dari tempat tinggal Anda.

Semoga kita semua diberikan kekuatan dan kesehatan untuk melewati pademi ini. Pun, semoga pandemi ini dapat segera berakhir. Tetap jaga kesehatan dengan gaya hidup sehat ya.