Akhirnya penantian saya pun usai setelah lebih dari 4 tahun menggunakan iPhone SE karena Apple telah mengumumkan iPhone SE generasi keduanya 15 April 2020 lalu. Walau ternyata "iPhone SE 2" yang diluncurkan adalah "iPhone 8s", bukan "iPhone 5sss". Masih sesuai dengan ekspektasi saya.

Saya sendiri sebenarnya sudah menggunakan iPhone 8 selama beberapa bulan terakhir, karena iPhone SE saya sudah tak cukup lagi kapasitasnya (padahal saya pakai yang 64GB) pun kemampuan prosesornya A9 sudah mulai kewalahan. Jadi, migrasi ke iPhone SE kali ini akan mirip ketika saya beralih dari iPhone 5 ke iPhone SE empat tahun silam.

Buat sebagian besar orang, layar 4.7 inci di iPhone 8 (dan iPhone SE baru) adalah kecil untuk ukuran tahun 2020, namun untuk saya masih terasa sedikit kebesaran. Tentunya karena saya sudah terbiasa selama 6 tahun menggunakan iPhone 5 dan iPhone SE yang berukuran 4 inci. Tapi memang sudah tak mungkin lagi memaksakan layar 4 inci untuk 2020.

Sebagai penumpang KRL commuterline dan TransJakarta busway, saya akan menghabiskan banyak waktu untuk berdiri, dan satu tangan saya akan selalu berposisi di pegangan tangan atau tiang pegangan. Alhasil, ukuran ponsel menjadi sangat penting karena saya hanya bisa mengoperasikannya dengan satu tangan. iPhone SE lama dengan layar 4 inci memang menjadi andalan saya karena ukurannya yang kompak. iPhone 8 masih cukup nyaman walau dalam beberapa skenario, terasa juga kalau cukup besar untuk satu tangan orang Asia. Untungnya fitur "reachability" lumayan bisa diandalkan.

Layar lebih besar? Saya juga menggunakan Nokia 6.1 Plus yang berlayar "full screen" 5.8 inci. Dan saya sukses kesulitan menggunakannya selama dalam KRL dan busway, terutama saat bermain game Gardenscape. Tapi, di sisi lain, layar yang besar juga lebih nyaman saat membaca artikel atau menonton film. Walau, secara pribadi, saya lebih sering menghabiskan waktu di depan komputer, bukan iPhone. Untuk menonton pun, saya lebih suka untuk lempar ke TV dengan chromecast. Alhasil, untuk saya pribadi, tak ada masalah berarti dengan layar kecil 4 inci.

Ukuran kompak iPhone SE 4 inci pun memudahkan saya untuk membawanya saat berolahraga lari atau sepeda. Ramah di kantong, secara harfiah. Untuk iPhone 8 walau sedikit lebih besar, namun masih dapat ditoleransi. Lebih besar dari itu, sebisa mungkin tidak saya bawa saat berolahraga.

Untuk Anda yang masih menggunakan iPhone SE lama (atau iPhone 5/5S) mungkin sudah saatnya untuk mengikhlaskan layar imut 4 inci dan beralih ke layar 4.7 inci di iPhone SE baru. Memang butuh adaptasi, dan ukuran yang lebih besar ini adalah harga yang mesti kita bayar untuk mendapatkan performa smartphone yang lebih kencang, plus kapasitas yang lebih besar. Memang sedikit menyakitkan saat beradaptasi.   Mari kita lihat sisi positifnya, banyak fitur baru yang bisa kita dapatkan. Bahkan untuk Anda yang masih menggunakan iPhone 8 seperti saya, ataupun iPhone 6/6S/7.

Kita mulai dari iPhone 8 dulu. Yang pasti, Anda akan mendapatkan prosesor A13 Bionic. Prosesor yang sama dengan yang ada di dalam iPhone 11 Pro. Untuk bekerja dan bermain game, tentu menjadi lebih gegas dan responsif. Lalu koneksi wi-fi yang lebih cepat. Dan satu lagi, iPhone SE 2020 bisa dual-SIM seperti iPhone 11, namun hanya tersedia kombinasi eSIM dan nano SIM. Tidak ada konfigurasi nano SIM ganda ya.

Jika Anda uprade dari iPhone yang lebih tua atau dari iPhone SE, maka tentunya lebih banyak hal baru yang didapat. Mulai dari layar true-tone yang nyaman di mata. Lalu kemampuan pengisian daya baterai secara nirkabel. Koneksi wifi pun sudah mendukung 802.11ax (Wi-Fi 6).

Untuk sektor kamera, walau masih 12MP seperti iPhone 8 dan iPhone SE lama, iPhone SE baru selain sudah menerapkan OIS (optical image stabilization), juga mendapatkan banyak kemampuan baru berkat prosesor A13, misalnya "portrait mode", "portrait lighting", dan HDR yang lebih canggih.

Satu hal yang membuat saya cukup senang dari iPhone SE 2020 adalah kapasitas penyimpanan yang lebih besar hingga 256 GB. Setidaknya Apple tak lagi menganggap "iPhone murah" tidak perlu kapasitas besar.

Oke, memang iPhone SE ini masih menggunakan "desain" iPhone lama yang tidak full screen, bezel-nya masih tebal, dan tidak ada FaceID. Namun di era pandemi yang memaksa kita untuk sering memakai masker, menurut saya TouchID tetap menjadi solusi keamanan yang nyaman. Toh, Anda tidak berbagi ponsel dengan orang lain juga kan?

Secara tampilan fisik, iPhone SE baru ini memang mirip sekali dengan iPhone 8. Perbedaannya hanya dari pilihan warna dan peletakan logo Apple yang bergeser ke tengah-tengah pas. Tidak lagi di bagian paruh atas.

Jika iPhone SE diluncurkan dalam empat pilihan warna metalik pada 2016 (space gray, silver, gold, rose gold); dan iPhone 8 diluncurkan dalam empat pilihan warna (space gray, silver, gold, Product RED); namun di tahun 2020 ini Apple menawarkan iPhone SE hanya dalam tiga pilihan warna yang kontras: black, white, Product RED.

Untuk warna hitam, tampak tidak banyak berbeda dengan "space grey" pada iPhone 8. Ya warnanya hitam. Selain perbedaan pada penempatan logo di punggung, sepintas sama persis dengan iPhone 8 space grey. Begitu pula dengan Product RED, mirip dengan iPhone 8 Product RED yang berwarna merah dengan bezel hitam di bagian depan.

Namun, untuk warna putih akan berbeda dengan iPhone 8 "silver" karena untuk bagian wajah tidak lagi menggunakan bezel berwarna putih, melainkan hitam. Konfigurasinya mirip dengan iPhone 3G/3Gs yang "belang" hitam-putih. Secara pribadi, saya lebih suka bezel berwarna hitam karena relatif tidak mengganggu mata saat kita berfokus ke layarnya yang tak seberapa besar itu.

Oke. Saatnya membahas harga, apalagi Apple sudah terbukti menempatkan iPhone SE sebagai "iPhone murah", bukan sebagai iPhone dengan ukuran mini. Di Amerika Serikat, harganya ditawarkan USD 399 (64GB), USD 449 (128GB), dan USD 549 (256GB). Menarik sekali karena sebelum iPhone SE diluncurkan, iPhone 8 saja masih dijual dengan harga USD 449 (64GB) dan USD 499 (128GB). Toko yang masih menyimpan stok iPhone 8 tentu akan kelabakan karena harus segera banting harga dan cuci gudang. Jangan lupa, harga di Amerika Serikat ini belum termasuk pajak ya.

Bagaimana dengan Singapura, negara tetangga terdekat kita? SGD 649 (64GB), SGD 719 (128GB), dan SGD 889 (256GB); sudah termasuk pajak. Harga di Indonesia biasanya mengacu pada harga Singapura, lalu dinaikkan sedikit lagi. Itu juga kalau masuk ke Indonesia kan? Pun, akan lebih terlambat.

Dengan kondisi pandemi COVID-19 ini, membeli iPhone ke luar negeri tentu bukan pilihan yang bagus. Saya pun tak yakin jastip bakal seramai biasanya. Namun yang paling penting, saat ini sistem whitelist IMEI sudah diterapkan oleh pemerintah bersama operator, sehingga ponsel yang tidak dibeli secara resmi di pasar Indonesia tidak bisa digunakan di Indonesia. Perlu diingat, pengiriman perdana iPhone SE adalah 24 April 2020, itu pun kalau Anda sudah melakukan pembelian pra-pesan terlebih dahulu.

Mekanisme prosedur untuk mendaftarkan IMEI ini pun belum jelas. Jika saya memang terpaksa mesti ke Singapura untuk membelinya, maka ketika saya tiba di bandara, saya mesti ke mana? Atau jika saya membeli secara online dan dikirimkan ke rumah, ke mana saya harus mendaftarkan iPhone SE ini dan membayar pajaknya?

Ya mungkin kita tunggu saja sampai tersedia secara resmi di Indonesia. Ya, semoga saja masuk secara resmi. Tidak seperti iPhone SE sebelumnya. Toh, untuk pengguna iPhone 8 seperti saya, mungkin tak terlalu mendesak upgrade-nya. Masih bisa menunggu.