Saya ingin menyampaikan sebuah kabar gembira pagi peminat rumah cerdas di Indonesia. Awal bulan November 2016 lalu saya menerima undangan dari Philips Indonesia untuk peluncuran produk di Senayan City yang diselenggarakan pada 19 November 2016. Produk apa yang diluncurkan? Tak lain dan tak bukan, Philips Hue, produk Philips yang saya sebut paling inovatif dan modern.

Philips Hue ini sendiri bukanlah barang baru. Kurang lebih 4 tahun lalu saat peluncurannya sudah pernah saya ulas di sini, termasuk keunggunlan Philips Hue dan manfaatnya dalam meciptakan atmosfir di rumah yang pastinya akan mempengaruhi suasana hari penghuninya. Namun memang waktu itu saya belum punya tempat tinggal sendiri, jadi masih menunda pembelian Hue.

Saat pindah ke hunian sendiri beberapa tahun lalu, saya mengganti seluruh bohlam yang ada dengan Philips LED untuk pencahayaan yang lebih baik dan efisien. Kecuali untuk kamar tidur, karena saya masih mengandalkan Philips EasyScene yang dilengkapi dengan remote dan bisa ditemaramkan.

Kenapa saya belum mengadopsi Philips Hue? Alasannya sederhana: karena tidak ada yang menjual Philips Hue di Indonesia saat itu. Bisa sih saya impor dari luar negeri, atau menitip kepada teman atau saudara. Tapi, kalau belum resmi masuk pasar Indonesia, saya kurang yakin dengan layanan purna-jualnya. Kini, setelah Philips Hue diluncurkan secara resmi di Indonesia. Tentunya tak ada alasan lagi untuk menunda, saatnya mengadopsi Philips Hue sudah tiba!

Masih kurang paham? Coba simak video karya Ario yang menjadi salah satu narasumber dalam acara peluncuran tersebut yang membeberkan testimoninya dalam menggunakan inovasi lampu Philips ini.

Saat diluncurkan, tentunya Philips tak ketinggalan untuk menunjukkan segala kemampuan Hue ini. Mulai dari pengendalian jarak jauh, pengaturan warna dan intensitas cahaya, hingga kelap-kelip lampu yang mengikuti suara musik. Serasa di dunia dongeng.

Pertanyaannya terpentingnya adalah: Apa yang mau saya lakukan dengan Philips Hue di rumah?

Sudah pasti, untuk pencahayaan yang bisa dikendalikan secara penuh. Tak hanya sekedar nirkabel, tak hanya sekedar dapat ditemaramkan (dimmable), tapi kini saya tak perlu lagi galau memilih antara cool daylight (CDL) atau warm white (WW). Cukup satu lampu untuk berbagai kebutuhan pencahayaan, bahkan tak cuma CDL dan WW saja, tapi bisa berbagai warna. Ada lebih dari 16 juta kombinasi warna hasil perpaduan RGB (merah-hijau-biru) yang bisa dipilih sesuai suasana hati. Seperti yang sudah pernah saya ulas dulu.

Mau yang seru? Mainkan musik, dan biarkan Philips Hue berganti-ganti warna sesuai dengan irama musik!

Yang paling penting, Philips Hue ini tak cuma canggih, tapi juga pintar. Dengan koneksi internet, bukan cuma bisa dikendalikan dengan ponsel dari mana saja, tapi bisa dihubungkan dengan berbagai aplikasi dan platform seperti IFTTT.

Bahasa manusianya? Singkatnya seperti ini, bahkan ketika ada email baru yang Anda terima, lampu Philips Hue ini bisa memberikan petunjuk, misalnya berkedip, atau bahkan berubah warna! Kurang canggih apa lagi coba?

Anda pakai Amazon Alexa? Apple HomeKit? Anda bisa mengatur pencahayaan rumah hanya dengan berbicara. Serahkan pada Alexa dan Siri. Plus, dengan adanya akses API yang terbuka, Anda bahkan bisa membuat program sendiri untuk mengatur ragam warnanya. Jika mau ya.

Otomatisasi? Sudah pasti bisa dilakukan. Hidup dan mati sesuai jadwal bisa dilakukan. Ide? Penjadwalan untuk membangunkan di pagi hari tampak menarik 'kan?

Ah, pokoknya macam-macam yang bisa dilakukan dengan Philips Hue. Semua tergantung kreativitas kita.

Nah, bagaimana caranya untuk memasang sistem Philips Hue ini di rumah?

Tentunya, untuk pertama-tama, kita perlu membeli paket perdananya (starter kit). Paket ini terdiri dari 3 bohlam Philips Hue dan 1 unit bridge. Pemasangan bohlam sepeti layaknya lampu bohlam biasa, tinggal putar saja. Sementara unit bridge perlu dihubungkan dengan listrik dan internet kabel (ethernet). Unduh aplikasi Hue di ponsel, konfigurasikan akun Hue, selesai!

Mudah kan?

Butuh lebih dari 3 bohlam? Tinggal beli bohlamnya secara satuan. Dalam satu unit bridge bisa mengendalikan hingga 50 bohlam Hue.

Salah satu alasan lain mengapa saya menunda adopsi Philips Hue adalah saya termasuk orang yang kurang suka mengendalikan lampu menggunakan ponsel. Ini soal preferensi pribadi saja. Tapi Philips sudah menjawab kegelisahaan saya ini dengan melengkapi jajaran produk Hue dengan Philips Hue Dimmer Switch.

Sesuai namanya, Philips Hue Dimmer Switch tak hanya bekerja sebagai saklar, tapi juga bisa untuk mengatur gelap-terangnya lampu. Cocok untuk menggantikan Philips EasyScene di kamar tidur saya. Tak perlu menggunakan ponsel untuk mengatur cahayanya. Pemasangannya bahkan sangat mudah, tak perlu bongkar-bongkar instalasi listrik. Karena semuanya nirkabel. Wireless.

Kadang lampu tak selalu di plafon saja. Dengan teknik pencahayaan tak langsung (indirect lighting), banyak kreasi cahaya indah yang tak hanya sedap di mata, tapi juga menyenangkan hati. Untuk kebutuhan ini, ada solusi Philips Hue Lightstrip yang fleksibel untuk mengakomodasi kreativitas Anda.

Saya sendiri membayangkan memasang Lightstrip ini di belakang meja kerja untuk memberikan nuansa yang berbeda saat bekerja. Selain itu, saya berencana untuk memasang Lightstrip di headboard ranjang guna memberikan atmosfir yang santai untuk beristirahat setelah beraktivitas seharian.

Setelah 4 tahun diluncurkan, ternyata memang banyak perkembangan yang dilakukan oleh Philips, termasuk penambahan varian produk dan juga aksesorisnya untuk mengakomodasi kebutuhan pengguna dan juga meningkatkan kenyamanan penggunanya.

Tapi memang harus bersabar jika berminat. Karena Philips Hue ini baru akan tersedia di pasar Indonesia pada Januari 2017 mendatang. Tak begitu lama kok. Bagaimana dengan Anda? Apa yang mau Anda lakukan kalau punya Philips Hue di rumah?