Bisa dibiilang bahwa hampir semua orang saat ini sudah bosan, atau mungkin sudah muak, atau mungkin bahkan sudah tak peduli lagi dengan yang namanya iklan. Mungkin secara alam bawah sadar pun sudah tak lagi menghiraukan adanya iklan. Ke mana pun mata memandang, iklan sudah mengambil tempatnya untuk menunjukkan diri. Mata pun semakin terlatih untuk melihat hanya yang perlu dilihat saja. Semakin dipaksa, semakin orang tak peduli.
Namun, bagi pemilik bisnis, tentu saja iklan masih tetap dibutuhkan sebagai jalur promosi atau pengenalan produk. Tapi, dengan bergesernya perilaku masyarakat terhadap iklan, sudah pasti aktivitas beriklan saat ini jauh lebih sulit daripada beberapa dekade lalu. Apalagi, kini masyarakat pun semakin cerdas dan selektif.
Salah satu alternatif dalam berkomunikasi sebagai solusi beriklan adalah dengan menggunakan strategi pemasaran konten (content marketing). Seperti yang kita tahu, orang tak mau melihat iklan karena orang tak butuh untuk melihatnya. Tak ada kerugian atau kehilangan nilai bagi orang ketika dia mengabaikan sebuah iklan. Namun dengan pemasaran konten, tak hanya informasi produk saja yang didapatkan oleh penonton (atau pembaca, atau pendengar), namun ada informasi lain yang bisa diambil manfaatnya. Terdengar sebagai solusi yang menarik, bagi pengiklan dan juga pemirsanya.
Membuat konten sebagai kendaraan promosi tentu saja bukan hal yang mudah. Mulai dari mencari konten yang baik dan juga mudah diterima pasar, hingga strategi komunikasi kontennya. Konten marketing juga dapat diadaptasi dalam berbagai format: mulai dari teks, audio, video, hingga aplikasi atau permainan yang interaktif.
Pertumbuhan konten video digital di Indonesia belakangan cukup meningkat. Tak bisa dipungkiri kalau penetrasi internet dan juga semakin meningkatnya kecepatan akses internet punya peran yang penting dalam pertumbuhan ini. Pengguna internet pun sepertinya sudah mulai jenuh dengan konten berbasis teks dan gambar diam saja, sehingga konten video menjadi alternatif. Tentu saja, mencerna konten video lebih "mudah" dan "ringan" dibandingkan membaca atau menginterpretasi sebuah gambar diam. Penonton dimanjakan oleh konten video.
Salah satu contoh pemasaran konten adalah video dari OLX tersebut. Tak hanya menyoal fitur dan apa yang bisa orang lakukan dalam situs layanan tersebut, namun juga “bercerita” soal testimoni dan kisah menarik penggunanya dalam menyelesaikan permasalah di dalam hidupnya. Saya pikir ini langkah bagus, selain memberikan konten yang menarik, OLX tak menjual layanannya, melainkan memberikan contoh solusi. Sehingga lebih gampang dicerna oleh calon konsumen yang membutuhkan solusi sejenis. Selain itu, penggunaan platform YouTube juga lebih cocok daripada televisi karena pengguna YouTube sudah pasti memiliki akses internet (yang lebih dari memadai), yang artinya sesuai dengan target OLX.
Dengan penerapan pemasaran konten, kini iklan tampak seperti bukan iklan 'kan?