Beberapa waktu lalu saya mendapat undangan dari ZTE untuk berbincang-bincang sore santai di kawasan Jakarta Pusat. ZTE juga memperkenalkan ponsel cerdas andalan terbarunya yang belum lama dirilis untuk pasar Indonesia: ZTE Blade S6. Nama ZTE sendiri tidak asing buat saya yang memang berkecimpung di industri telekomunikasi. ZTE merupakan salah satu nama yang patut diperhitungkan dalam dunia infrastruktur jaringan telekomunikasi. Namun, bagaimana untuk pasar konsumen umum?

Walau tak cukup akrab dengan merk ZTE, tapi pasar ponsel Indonesia juga tak juga asing dengan merk dari negeri tirai bambu ini. Tak salah memang karena selama ini sudah berkeliaran di pasar Indonesia walau tidak berfokus untuk pasar konsumer (B2C) di Indonesia. ZTE selama ini banyak bergerak di dalam bisnis korporat (B2B) untuk produk ponselnya. Misalnya bundling atau co-branding dengan mitra telekomunikasi seperti halnya operator seluler.

Saat saya berdiskusi dengan Pak Alfin dan Mr. Jason dari ZTE Indonesia, mereka mengkonfirmasi hal tersebut. Namun, mulai tahun ini ZTE mengubah strateginya untuk lebih fokus dalam menggarap pasar konsumer di Indonesia yang ditandai dengan seriusnya mereka dalam menghadirkan Blade S6. Pedang andalan sang pendekar dari Shenzhen.

Saya sendiri berkesempatan untuk mencoba langsung Blade S6 di tengah-tengah perbincangan santai sore itu. Sudah pasti yang pertama diperhatikan adalah soal layar. Sebagai ponsel segmen menengah, sudah pasti kualitas layar menjadi salah satu parameter penting. Blade S6 mengusung layar lega 5 inci berteknologi IPS dan in-cell yang tak hanya jernih tapi juga tajam dan nyaman di mata. Saya pribadi bukan penggemar ponsel layar besar, namun tak bisa dipungkiri kalau pasar sedang menggemarinya.

Blade S6 mengusung badan dengan material plastik. Hal ini wajar karena memang bukan ditujukan untuk segmen premium. Namun kualitasnya cukup baik sehingga tampak berkualitas. Ditambah balutan warna perak metalik yang sedikit memberikan kesan logam. Pun tak tebal walau mengusung baterai 2400 mAh.

Mengusung chip sistem Snapdragon 615 dengan empat inti (quad core) delapan inti (octa core) dan dukungan komputasi 64-bit, Blade S6 diklaim mampu mentenagai pengalaman yang baik untuk pengguna. Memang saat saya gunakan di sore itu, ponsel ini cukup responsif. Didukung pula dengan RAM 2GB. Sementara kapasitas penyimpanan 16GB tak bisa dibilang fantastis, namun tak juga sempit. Pun, dapat ditambahkan dengah microSD hingga 32GB untuk foto, video, dan dokumen.

Blade S6 juga mengusung kamera dengan sensor 13 megapixel dari pabrikan Sony yang terkenal berkualitas dan banyak digunakan oleh produsen ponsel papan atas. ZTE membenamkan fitur expert mode untuk pengaturan kamera secara manual ala kamera profesional. Sedangkan kamera selfie 5 megapixel memiliki cakupan lebih lebar hingga 80 derajat, sehingga memungkinkan untuk wefie berjamaah.

Sudah pasti, ponsel cerdas lansiran terbaru wajib mengusung kemampuan koneksi 4G LTE yang tampaknya tak lama lagi akan mulai menjamur di kota-kota besar di Indonesia. Dikonfirmasikan pula bahwa koneksi LTE ini sudah diuji coba pada jaringan seluler dari tiga operator besar Indonesia. Blade S6 juga paham akan kebutuhan pasar Indonesia dengan adanya fitur dual SIM. Keduanya menggunakan format nano SIM untuk menjaga dimensi ponsel agar tetap kompak.

ZTE mengklaim bahwa Blade S6 merupakan salah satu ponsel pertama yang menggunakan Snapdragon 615 yang sudah mengusung Android Lollipop. Namun apa bedanya Blade S6 dibanding ponsel lain kalau tak memiliki keunikan? ZTE mengembangkan beberapa fitur tambahan sebagai keunikan pada Blade S6. Salah satunya adalah AliveShare yang memanfaatkan wifi direct dan wifi 802.11ac untuk koneksi peer-to-peer dengan berbagai aplikasi seperti chatting dan berbagi dokumen berkecepatan tinggi.

Selain itu ada pula fitur SmartSense yang memudahkan pengguna dalam mengakses fitur atau mengendalikan ponsel hanya dengan gesture atau gerakan tertentu. Misalnya membentuk huruf V untuk memutar musik, atau mengguncangnya dua kali untuk menyalakan senter. Menarik ya?

Satu hal yang menjadi signature touch adalah softkey home button berbentuk lingkaran yang berpendar biru. Tapi bukan lingkaran biru yang program pemerintah ya!  Seolah membuat Blade S6 tampil beda di antara para pesaingnya. Tampaknya ZTE benar-benar serius dalam memposisikan produknya guna menggarap pasar konsumer.

Dalam perbincangan itu, Pak Alfin juga memberikan bocoran bahwa di masa mendatang ZTE akan mengimplementasikan fitur sensor mata yang dapat digunakan sebagai fitur keamanan. Sehingga ponsel akan dibatasi aksesnya hanya untuk pemiliknya saja.

Sesuai sasaran pasarnya, ZTE menawarkan Blade S6 dengan harga Rp.2.999.000 untuk pasar Indonesia melalui mitra distribusi toko daring Lazada. Penjualan baru akan dilakukan pada 12 Mei 2015, namun bagi yang berminat sudah dapat melakukan pemesanan (preorder) mulai 5 Mei 2015. Berminat untuk ikut memesan?