Beberapa tahun yang lalu, istilah m-commerce (mobile commerce) masih merupakan angan-angan. Tak salah kalau saat itu banyak yang pesimis dengan m-commerce, karena e-commerce (electronic commerce) sendiri dianggap tidak cukup "berhasil" saat itu. Tidak seperti sekarang di mana toko daring (online shop) sangat menjamur. Bahkan, online shop tak lagi menjadi fitur tambahan atau pelebaran sayap dari toko konvensional (brick and mortar), namun tak sedikit yang menjadikan online shop sebagai kanal andalan ataupun  kanal tunggal tanpa memiliki toko fisik.

Baik itu e-commerce maupun m-commerce mampu menjadi solusi permasalahan geografis, transportasi, dan komunikasi untuk wilayah Indonesia yang cukup luas. Sudah pasti, tentunya perlu dukungan infrastruktur telekomunikasi (internet) yang menunjang pula. Karena m-commerce dan e-commerce memungkinkan adanya kesepakatan antara pembeli dan penjual tanpa perlu bertemu secara langsung atau bertatap muka. Selain itu, dengan maraknya pasar daring (online marketplace) seperti OLX, kini mempertemukan pembeli dan penjual bukanlah hal yang sulit. Bahkan hanya dalam hitungan detik bisa menemukan penjual atau pembeli yang sesuai dengan kebutuhan kita.

Sebelumnya, salah satu sentimen pesimis mengenai pasar digital adalah ketersediaan platform pembayaran. Terlebih untuk m-payment. Namun, seiring perkembangan pasar dan perilaku masyarakat, hal ini tidak menjadi masalah yang besar. Pertemuan dan kesepakatan jual beli dapat dilakukan melalui internet, sementara pembayaran dan pengiriman/pengantaran barang dapat menggunakan cara lain yang telah disepakati bersama. Atau bersepakat untuk bertemu secara langsung yang populer dengan istilah COD (cash on delivery).

Era e-commerce mulai tergeser ke arah m-commerce seiring meningkatnya penetrasi ponsel cerdas, terutama di masyarakat Indonesia. Pun, penetrasi internet seluler turut berkontribusi dalam meningkatnya penggunaan m-commerce di Indonesia. Tak heran kalau m-commerce lebih berkembang. Momennya pas sesuai dengan ketersediaan infrastruktur pendukungnya.

Bayangkan jika Anda ingin menjual barang sebelum era populernya ponsel cerdas. Anda harus memotret barang yang ingin dijual menggunakan kamera digital, lalu mentransfer foto tersebut ke komputer (desktop ataupun laptop). Untuk terhubung dengan internet, Anda harus menggunakan modem, mencari wifi, atau menghubungkan ke router internet. Setelah mengunggah foto dan mendaftarkan barang dagangan, tak lupa Anda juga mesti rajin terhubung ke internet untuk memeriksa apakah ada yang menanyakan atau menawar barang dagangan Anda.

Namun dengan kehadiran ponsel cerdas dan aplikasi untuk online marketplace seperti OLX (yang tersedia di banyak platform: iPhone, Android, dan Blackberry) , semua langkah tersebut menjadi lebih ringkas dan praktis. Anda hanya membutuhkan ponsel cerdas untuk melakukan itu semua: memotret, mengunggah, mendaftarkan, dan memeriksa perkembangan barang jualan Anda. Mudah dan praktis bukan?