Sepeda motor listrik bukanlah hal yang baru tentunya. Dulu kita familiar dengan Betrix alias bebek elektrik yang sering digunakan oleh Aa Gym di masa jayanya. Tapi memang umumnya motor listrik ini masih dianggap hanya sekedar mengisi segmen-segmen motor kecil seperti halnya skuter ataupun Betrix tadi.

Dalam gelaran Tokyo Motor Show 2013, Yamaha memamerkan konsep motor listrik dalam bentuk motor sport dengan Yamaha PES1. Walaupun berwujud motor besar, tapi diklaim hanya berbobot 220 pon (99 kg) saja. Dengan baterai lithium sebagai penyimpan listrik dan mesin berbasis motor DC (arus searah) yang diletakkan sebagai pengganti tangki BBM dan mesin motor bakar. Tentunya tanpa knalpot.

Mesin serupa pun ditawarkan dalam citarasa trail ala motocross dalam Yamaha PED1. Bahkan dengan bobot yang lebih ringan, 188 pon (85 kg).

Yang menarik adalah Yamaha EVINO, skuter mini yang juga bertenagakan listrik dengan gaya retro. Semacam Yamaha Fino (di Indonesia disebut Mio Fino) versi elektrik. E-Fino.

Lucu juga jika EVINO ini nantinya sudah menggelinding di Indonesia. Mungkin mesinnya bisa di-swap ke sasis Mio J saya. Tapi mengingat masih banyak pembangkit listrik di Indonesia yang masih bertenagakan diesel, sepertinya tujuan go green dengan kendaraan listrik masih dirasa absurd.

Selain itu, motor elektrik ini juga memiliki tingkat kebisingan yang lebih rendah daripada motor bensin. Tentunya karena tak ada proses bakar, tak ada ledakan, makanya tidak ada knalpot. Kesenyapan ini bisa jadi faktor minus juga untuk keselamatan di jalanan karena pengguna jalan yang lain jadi tidak menyadari keberadaan motor listrik.

Fungsi kelistrikan dalam motor listrik tentunya perlu dioptimalkan juga. Karena perangkat yang mengkonsumsi listrik seperti lampu dan klakson harus hemat energi. Lampu LED wajib hukumnya, apalagi dengan regulasi yang mewajibkan auto headlamp on (AHO). Jangan sampai motor mogok kehabisan listrik karena disedot oleh lampu. Apa kita mesti bawa powerbank?

Belum lagi faktor keamanan isolasi. Memang motor bakar pun alergi dengan air, tapi motor listrik lebih sensitif lagi dengan air. Otomatis, isolasi dalam mesin motor listrik harus sangat-sangat baik. Tidak boleh ada kebocoran. Tidak lucu kalau ada motor yang terbakar karena korsleting saat melewati genangan air, atau pengendara yang kesetrum saat hujan.

Pun, entahlah, berapa harganya nanti jika dijual ke pasar secara masif. Kemungkinan besar harganya akan jauh lebih mahal, seperti halnya mobil hybrid saat ini. Tapi kalau mahal, siapa yang mau beralih ke motor listrik? Apalagi kalau ternyata BBM kita masih terus disubsidi. Pasar kita lebih memilih yang murah pastinya. Belum lagi adanya campur tangan pihak-pihak yang bisnisnya terganggu kalau kendaraan tak lagi butuh BBM.

Ada yang berminat untuk beralih ke motor listrik?