Beberapa waktu yang lalu saya mendapat kesempatan untuk mengikuti Nike+ Running clinic dalam rangka pengenalan sepatu Nike Air Max+ 2013. Selain dihadiri oleh Ekin (staf khusus produk Nike), juga dihadiri Agus Prayogo, atlet lari nasional yang meraih medali emas saat SEA Games 2011 dan juga PON 2012.

Nike Air Max merupakan salah satu produk flagship Nike. Pada akhir tahun 80-an, Nike merilis Air Max 1 original yang menjadi ikon kejayaan performa dan gaya berlari. Kali ini, Nike kembali merilis Air Max+ 2013 untuk para pelari dengan teknologi baru.

Yang paling signifikan adalah kelenturan sol-nya. Seperti yang bisa dilihat pada gambar di atas. Sol Air Max+ 2013 ini sangat lentur seperti halnya Nike Free. Karakter yang sulit untuk didapatkan dari jajaran Nike Lunar series. Namun, kelenturannya hanya ke arah depan saja, tidak ke samping kiri dan kanan, sehingga tetap membuat kaki stabil saat berlari. Toh, hampir semua langkah kita saat berlari adalah ke arah depan. Kalau soal empuk, tak perlu diragukan lagi. Ya, benar-benar berlari di atas udara, karena kaki akan didukung oleh kantung udara (air bag) Air Max. Empuk dan lembut.

Dengan bahan AirMax dan atasan (upper) yang modern. Sepatu dengan banyak komponen pendukung kaki ini pun tak terlalu memberatkan kaki. Bahas atasan pun tidak lagi dijahit, menggunakan sistem cetak (mold), sehingga tak ada berat tambahan dari benang dan tak ada resiko benang putus. Sementara teknologi Flywire akan mencengkeram kaki dengan baik mengikuti bentuk kaki.

Tapi Air Max+ 2013 tidak bisa dipakai dalam hujan layaknya seri Shield dan Hypershield. Ini demi menjaga sepatu tetap berpori sehingga kaki kita tidak akan terasa gerah setelah berlari jauh. Kaki bisa bernafas, gitu!

Nah, walaupun diklaim bisa digunakan di segala medan: treadmill, jalan raya, track, dan trail. Tetap perlu berhati-hati, jangan sampai kantung udaranya tertusuk paku ataupun tersobek oleh batu. Nanti kempes. Begitu juga kalau lari di treadmill, sepertinya tidak perlu pakai Air Max, landasannya kan lembut.

Agus Prayogo sendiri menggunakan Air Max+ 2013 untuk training yang biasanya dilakukan 1 jam atau lebih. Toh, menurut saya juga sama, sepatu dengan banyak bantalan (cushion) akan banyak membantu ketika lari jarak jauh atau untuk durasi yang panjang. Untuk saya mungkin di atas 10km. Di bawah itu, saya rasa fungsi bantalan tidak banyak membantu.

Dan pastinya, Nike Air Max+ 2013 menyediakan ruang untuk sensor Nike+ di sepatu sebelah kiri seperti halnya lini sepatu Nike+ Running lainnya.

Bersamaan dengan peluncuran Nike Air Max+ 2013, Nike juga meluncurkan kembali produk-produk Nike Air Max lawas legendaris dengan gaya anyar di lini Nike Sportswear. Nike Air Max 1, Air Max 90, Air Max 95, dan Air Max 97 hadir kembali dengan bahan atasan yang baru dan tentunya lebih modern.

Namun tak seperti Air Max+ 2013 yang didesain sepernuhnya untuk berolahraga, Air Max klasik yang lahir dalam lini Nike Sportswear tidak didesain khusus untuk berolahraga. Karena memang Nike Sportswear ditujukan untuk pasar gaya hidup (lifestyle) dan modis (fashion) yang ingin bernostalgia dengan sepatu ikonik tersebut. Walaupun sebenarnya tetap saja bisa digunakan untuk berlari karena bagian sol-nya tetap menggunakan teknologi Air Max yang sama.

Jadi, sepertinya Air Max Turbulence+ 15 saya yang sudah usang memang sudah harus digantikan dengan Air Max+ 2013 ini. Untuk kategori half-marathon di Bali Marathon 2013 mungkin?