Nah, ketika komputasi awan sudah menggeser PC sebagai digital hub, Apple sudah punya iPhone dan iPad sebagai pengganti Mac di post-PC era. Lalu bagaimana dengan produsen perangkat keras dan lunak dari PC tradisional? Apakah mereka sudah siap?

Sekitar 2 dekade industri komputer pribadi dikuasai oleh "persekongkolan" Wintel: Windows dan Intel. Kebanyakan pengguna komputer pribadi (personal computer) pasti pernah mencicipi komputer dengan prosesor Intel dan sistem operasi Windows.

Memang, sebenarnya adalah arsitektur Intel x86 yang menjadi "platform wajib" komputer pribadi di masanya. Karena tidak hanya Intel, ada AMD dan Cyrix yang juga memproduksi prosesor dengan arsitektur x86.

Windows pun sebenarnya tidak eksklusif untuk Intel. Ada juga Windows NT yang dibuat untuk berjalan di arsitektur PowerPC. Begitu juga Intel, juga memiliki arsitektur lain seperti IA-64 yang dipersiapkan sebagai generasi penerus x86 namun gagal karena terlalu radikal. AMD lah yang sukses dengan x64 (EMT64) untuk komputasi 64-bit “mainstream” karena masih kompatibel dengan arsitektur x86 32 bit. Walaupun pada akhirnya Intel tetap menang karena AMD belum terlalu siap untuk pasar komputer portabel, yang akhir-akhir ini lebih populer.

Nah, di era pasca-PC (post-PC) ini, ketika penggunaan dan penjualan komputer semakin menurun, tak ayal lagi dominasi Wintel akan ikut menurun juga. Yang sayangnya, kedua pemain ini belum punya alternatif yang cukup matang. Mengecilkan ukuran laptop Wintel mungkin berhasil hingga tahap netbook (smartbook). Tetapi apakah bisa berhasil hingga orde perangkat genggam?

Windows didesain untuk layar berukuran besar. Untuk layar berukuran imut, tentunya perlu penyesuaian antarmuka (interface) dan pengalaman pengguna (user experience). Sementara platform Intel sendiri tidak cukup "irit" daya untuk ini karena pada awalnya memang didesain untuk komputer meja.

Bubar jalan dan cari jalan masing-masing. Windows sudah mempersiapkan "selingkuhan" dengan Windows 8 RT yang akan berjalan di mesin berbasis ARM. Sementara Intel, walaupun sudah berhasil memenangkan Mac atas PowerPC, tapi Intel Atom sendiri gagal di banyak perangkat genggam (handheld). Apa yang bisa dijual oleh Intel selain prosesor x86?

Intel punya bisnis prosesor grafis. Tapi sayangnya, jangankan untuk pasar perangkat musafir (mobile device), untuk komputer pribadi saja hanya bisa diandalkan untuk nonton video HD. Apakah Intel masih bisa terselamatkan hanya dengan menjual chip wi-fi saja? Sepertinya nilai bisnisnya terlalu kecil. Bisnis silikon lain yang mungkin bisa diandalkan Intel adalah NAND flash: solid state disk (SSD). Tapi jangan lupa dengan Samsung dan Toshiba selaku produsen SSD yang cukup dominan.

Satu-satunya artifak yang masih bisa diharapkan oleh kubu Wintel adalah Ultrabook. Sang penerus netbook ini digadangkan akan bisa menggeser posisi laptop konvensional. Tapi dulu netbook bisa berjaya sebelum hadirnya iPad dan tablet. Nah, saat pasar dibanjiri dengan produk tablet, apakah Ultrabook bisa berhasil di era pasca-PC ini?

Kembali ke Microsoft. Windows 8 RT mungkin akan menjadi andalan. Tapi, kalau melihat langkah yang sebelumnya diambil bersama Nokia, Windows Phone tidak terlalu sukses di tengah perang antara iOS dan Android.

Jadi, Intel memang harus benar-benar berhasil memasuki pasar ponsel cerdas, tablet, dan komputer genggam. Toh, kalau nanti Windows Phone 8 dan Windows 8 RT berhasil, Microsoft tidak akan lagi bergantung pada platform Intel x86. Kongsi Wintel akan bubar.

Tapi bisa jadi akan ada kongsi Wintel di era pasca-PC: Windows Phone dengan ponsel cerdas berbasis Intel. Bisa jadi.

Prediksi trend ke depan adalah komputasi awan (cloud computing). Nah, Microsoft punya posisi yang cukup kuat untuk industri ini: aplikasi di awan (apps on the cloud) seperti Office365. Apalagi Office masih menjadi aplikasi pengolah dokumen yang “laku” di pasar komersial.

Jadi, diprediksi Wintel tidak akan lagi menjadi platform komputasi yang dominan. Alasannya karena saat ini yang penting bukanlah perangkat (device) yang digunakan, tetapi aplikasi dan layanan yang digunakan.

Bersambung: Post-PC Era #4, Yang Penting Bisa Internet.

Adham Somantrie.