Belum lama ini ada jejaring sosial baru berbasis minat bertajuk Pinterest. Tidak salah jika Anda berpikir akan dua hal: pin dan interest; karena memang sistem kerjanya berdasarkan pin dan sesuai dengan interest (minat). Tentunya twitter bukanlah hal yang asing bagi pengguna internet dan jejaring sosial. Tumblr mengadopsi sistem linimasa (timeline) dan retweet (di tumblr disebut reblog) serta menggabungkan dengan sistem blog, sehingga menjadi lebih kaya daripada twitter. Facebook merupakan jejaring sosial berdasarkan pertemanan, sehingga memang cocok digunakan untuk bersilaturahmi. Berbeda dengan twitter yang lebih berbasis minat, karena sistem relasinya satu arah (follow) bukan dua arah (friend) seperti di Facebook.

Nah, di Pinterest menjadi lebih terkotak-kotak lagi berdasarkan minat. Jika di twitter dan tumblr kita mengikuti linimasa orang (atau akun), maka di Pinterest kita bisa memilih untuk mengikuti pin per minat (dibagi dalam boards) orang tersebut. Misalnya ada sebuah akun milik seseorang yang memiliki minat di bidang otomotif, desain grafis, gawai (gadget), dan interior; maka jika kita hanya berminat pada otomotif dan interior saja, kita dapat hanya mengikuti board otomotif dan interior dari akun tersebut. Sehingga kita tidak perlu terganggu dengan minat orang tersebut terhadap desain grafis dan gawai.

Selain itu, Pinterest benar-benar menekankan terhadap sisi visual. Karena konten utamanya adalah gambar. Mirip dengan instagram, teks hanyalah pelengkap atau keterangan dari gambar tersebut. Sehingga ruang untuk percakapan cukup sempit, hanya kolom komentar. Namun, jangan mengira tidak ada konten teks di Pinterest. Banyak kutipan (quotes) yang beredar di Pinterest, tapi tentu saja dalam format gambar. Jadi, kata-kata yang bagus saja tidak cukup, melainkan harus disajikan dalam format gambar yang elok agar diperhatikan oleh audiens (pinner).

Lalu bagaimana sisi komersialnya? Untuk brand?

Untuk produk berupa barang, tentunya ini menjadi etalase gratis dan global. Brand dan produsen tentunya harus lebih memperhatikan gambar atau foto produknya agar terlihat lebih menarik (bahkan, lebih menarik dibanding aslinya). Sementara untuk produk berupa jasa, sepertinya masih harus berpikir lebih banyak untuk bisa memanfaatkan Pinterest untuk "berjualan". Ini bukan berarti mustahil. Saya yakin, pasti akan ada jalan. Misalnya tempat makan, tentunya bisa memajang foto makanan atau minumannya. Atau bahkan tukang cukur, bisa memajang foto "klien" dengan rambut hasil cukurannya.

Ajang promosi toko daring (online shop)? Sangat mungkin! Anda bisa memajang foto-foto produk Anda, dan tentunya jangan lupa memberikan tautan ke halaman produk di toko daring Anda. Jika memang pin produk Anda menarik, tentunya sangat mungkin untuk di pin ulang (re-pin) oleh pengikut Anda. Ini artinya dia merekomendasikan produk Anda kepada para pengikutnya. Sehingga terjadi viral marketing.

Ada juga jejaring sosial yang sangat mirip Pinterest namun sudah mengintegrasikan platform komersial, yakni Fancy, sehingga pengguna bisa langsung berjualan di situs tersebut. Tapi mari kita lihat saja bersama-sama, apakah nanti platform komersial Fancy bisa berhasil? Untuk Indonesia mungkin agak sulit mengingat platform pembayaran daring kita belum terlalu siap dan matang.

Dan, jika Anda sudah bermain di ranah Pinterest, jangan lupa untuk mampir ke akun saya. Tersedia board yang bisa Anda ikuti mulai dari urusan lari-berlari, santapan kuliner, seni, hingga produk-produk yang menarik.

Adham Somantrie, pinterest.com/adhams