Di Bandung, saya memiliki akses internet di tempat tinggal dengan memanfaatkan sistem RT/RW.NET menggunakan layanan TelkomSpeedy. Sementara di kampus saya dapat mengakses internet menggunakan layanan kampus yang menggunakan Telkom AstiNet. Apalagi di Bandung juga banyak tersedia hotspot gratis di tempat-tempat umum seperti kafe dan mall. Sehingga saya hampir dapat mengakses internet kapan saja.

Namun kondisi ini tentunya berubah jika saya meninggalkan lokasi "nyaman" tersebut. Sebagai bagian dari masyarakat teknologi informasi, internet dirasa cukup penting dan bisa dibilang menjadi kebutuhan dasar.

Misalnya saat saya pulang mudik ke kota kelahiran saya di Dumai, Riau. Baru saya merasakan deritanya menjadi seorang fakir bandwith.

Beberapa cara untuk mendapatkan asupan bandwith di Indonesia pada umumnya adalah seperti berikut:

Memanfaatkan akses internet kantor atau kampus. Biasanya institusi-institusi seperti kantor, sekolah, ataupun kampus sudah menyediakan akses internet gratis (tapi biasanya terbatas) bagi para anggotanya. Tentunya hal ini tidak berlaku bagi saya saat sedang mudik.

Warnet. Warnet termasuk cara mudah murah meriah untuk mengakses internet bagi masyarakat perkotaan. Apalagi untuk daerah mahasiswa (sekitar kampus). Namun sayangnya, selain harga yang cukup mahal (mencapai Rp. 8000/jam), kualitas layanannya masih belum memadai (baca: lambat, subjektif: menurut saya) untuk di kota kelahiran saya. Dan saya tidak ingin kedua faktor ini merusak puasa saya, hehehe. Apalagi, saya lebih suka menggunakan komputer sendiri untuk "menarik" e-mail dengan metode POP3, menggunakan agregator RSS untuk "menarik" berita, dan chatting dengan AdiumX.

Menggunakan saluran telepon (PSTN). Menggunakan layanan TelkomNet Instan ataupun penyedia jasa internet lainnya. Dengan TelkomNet Instan misalnya, adalah salah satu cara praktis dan gampang untuk terkoneksi ke internet. Cukup bermodalkan komputer lengkap dengan modem dan saluran telepon aktif, maka kita sudah dapat mengakses internet. Dan sayangnya (sialnya), pilihan ini tidak berlaku untuk saya, karena rumah saya berada di kompleks perumahan BUMN yang menggunakan sistem PABX untuk saluran teleponnya, bukan sambungan PSTN Telkom.

Mencari hotspot. Untuk pengguna laptop yang memiliki kemampuan WLAN, biasanya suka mencari hotspot ke pusat-pusat keramaian. Sayangnya kondisi ini hanya ada di beberapa kota, terutama kota Bandung yang hampir semua pusat keramaian dicakup oleh penyedia layanan internet Melsa. Dan di Dumai sayangnya tidak ada penyedia layanan internet selain TelkomNet Instan.

Cara yang paling menyakitkan adalah dengan menggunakan layanan internet dari telepon selular. Disebut "menyakitkan" karena tarif-nya masih belum bersahabat untuk sistem prabayar. Umumnya operator CDMA memberikan tarif yang lebih murah daripada operator GSM. Ada dua cara menggunakannya: mengakses langsung dari ponsel/pdaphone, dan mengakses dari komputer dengan memanfaatkan ponsel sebagai modem.

Untuk akses langsung dari ponsel, aktifitas email dengan POP3/SMTP adalah cukup efisien. Akses web dengan memanfaatkan aplikasi Opera Mini juga lebih hemat, karena web akan dikompres terlebih dahulu. Bahkan menurut rekan saya yang suka menggunakan GPRS untuk aktifitas emailnya, mengakses Gmail menggunakan Opera Mini lebih hemat daripada menggunakan aplikasi Gmail Mobile App.

Untuk akses dari komputer, umumnya ada 2 cara untuk menjadikan ponsel sebagai modem: menggunakan kabel data (umumnya USB), dan menggunakan koneksi Bluetooth.

Saya menggunakan operator Mobile-8 dengan produk Fren prabayar untuk ponsel CDMA saya, yakni Nokia 2116. Sayangnya jaringannya belum mencakup daerah saya. Pilihannya adalah saya membeli kartu dari operator CDMA lain yang ada di daerah saya. Namun saya memang tidak pernah mempersiapkan untuk menjadi seorang musafir bandwith. Ponsel saya tidak memiliki fasilitas koneksi bluetooth, sehingga saya harus menggunakan kabel USB yang tidak saya miliki. Di samping itu, saya juga tidak memiliki perangkat lunaknya baik untuk Windows XP maupun untuk Mac OS X.

Untuk ponsel GSM saya, SonyEricsson W850i, saya menggunakan produk simPATI prabayar dari Telkomsel. Namun untuk kepentingan GPRS, saya menggunakan produk prabayar IM3 yang memiliki tarif lebih hemat. Tentunya ponsel ini sudah bersahabat dengan PowerBook Nano. Dan akhirnya jalan ini yang saya pilih walaupun sangat menyakitkan. Hasilnya, agregasi RSS sukses dilakukan dengan Vienna, chatting dengan AdiumX, dan menarik email POP3 dari Gmail menggunakan aplikasi Apple Mail.app.

Selain dengan CDMA 1x dan GPRS, juga ada teknologi EDGE, 3G, dan HSDPA yang menawarkan akses internet berkecepatan tinggi. Misalnya Telkomsel Flash yang ditawarkan oleh Tante Mira. Hanya saja, jangankan HSDPA, 3G saja belum tersedia secara merata di daerah-daerah.

Bagaimana dengan Anda di saat mudik? apakah menjadi musafir bandwith juga? atau bahkan menjadi fakir bandwith? Namun tentunya jika durasi mudik tidak lama (kurang dari seminggu), tentunya Anda masih dapat berpuasa internet. Tidak seperti saya yang hampir sebulan di kampung halaman nan miskin bandwith.