Beberapa waktu yang lalu, saya menemani ayah saya yang sedang berada di Jakarta. Ayah saya ke Jakarta untuk urusan kantor dan urusan golf bersama rekan-rekan kerjanya. Karena tidak ada keluarga di Jakarta dan juga karena urusan kantor, Ayah saya menginap di Hotel Borobudur Jakarta, dengan alasan jarak yang (sangat) dekat dengan kantornya. Hotel Borobudur, yang kalau saya tidak salah lihat, memajang sertifikat sebagai Hotel berbintang lima.

Ayah saya tiba di Jakarta pada hari Kamis (08/01) sore. Karena pada hari itu saya baru pulang dari urusan kerjaan pada malam hari, saya tidak sempat mampir ke sana. Jumat (09/01), keesokan sorenya, untung urusan kerjaan sudah selesai sebelum matahari terbenam. Jadi, setelah urusan kerjaan di Kebayoran Lama rampung, saya menuju ke hotel dimana ayah saya menginap, kamar 1012.

Tentunya, setelah bekerja seharian di dalam mobil, saya langsung mengisi baterai PicoBook dan Nokia Tempe Nokia E61i. Sedikit permasalahan klasiknya adalah: walaupun ini hotel di Indonesia, namun stopkontak (power outlet) yang tersedia di kamar bukan standar Indonesia. Apakah di zaman perangkat bergerak (mobile gadget) ini para tamu hotel tidak boleh mengisi baterai perangkatnya (ponsel, laptop, kamera, dll.)? Biasanya hanya disediakan di kamar mandi untuk penggunaan pencukur (shaver).

Namun, dengan sedikit trik teknis, saya berhasil menancapkan "cabang-T" di stopkontak yang tersedia di dinding. PicoBook dan Nokia E61i berhasil mendapatkan asupan energi.

Layanan hotel ini cukup baik. Namun saya sangat bermasalah dengan toilet kering: tidak ada selang air untuk membasuh, juga jauh dari jangkauan sumber air. Hello, we're still in Indonesia!

Sabtu (10/01) pagi sekali, Ayah saya sudah berangkat ke lapangan hijau nan luas itu untuk membuang keringat. Sementara saya menikmati kasur yang empuk itu setelah seminggu menempelkan pantat di kursi belakang Toyota Avanza. Tentu saja, tak lupa tag bertuliskan Do no disturb saya gantungkan di depan pintu kamar. Ketika siang menjelang, saya pun bersiap diri dan membereskan beberapa barang-barang di kamar sebelum layanan kamar (housekeeping) berkerja. Ya, beberapa barang berharga dan sensitif (misalnya laptop) membutuhkan penanganan khusus pula, tidak semua orang bisa menanganinya dengan baik.

Sabtu malam, saya kembali ke hotel bersama ayah saya yang sudah selesai menunaikan olah raganya. Pintu dibuka, kamar tentu saja didapati dalam kondisi rapi dan bersih. Layanan kamar telah bekerja. Namun apa yang saya dapati selain itu?

Ketika saya hendak mengisi asupan tenaga untuk ponsel, saya pun terkonclang. Saya tidak dapat melakukannya. Adaptor (charger) Nokia AC-4E (ya, fast travel charger, 890mA) saya rusak dengan tiga kondisi: Kaki nya bengkok, jack yang menuju ponsel mengalami sedikit kerusakan halus, dan kabelnya terputus! Tidak ada yang memasuki kamar itu sejak saya meninggalkan kamar dan kami kembali, kecuali dari pihak hotel: petugas layanan kebersihan kamar?

Namun, usaha saya menyambungkannya kembali dengan peralatan seadanya — cutter dan selotip — gagal: adaptor tetap tidak dapat berfungsi.

Sementara Minggu (11/01) subuh besoknya kami akan check-out, dan saya memutuskan untuk tidak melakukan komplain ke pihak hotel.

Ini bukan masalah materi atau ganti rugi. Sebuah adaptor ponsel tentunya tidak akan berarti jika dibandingkan biaya menginap di sana selama tiga malam. Saya pikir, mengurus hal-hal "kecil" seperti ini akan sangat berbirokrasi "khas Indonesia": usaha tidak sebanding dengan hasil. Di samping, saya masih memiliki adaptor lain (yang saya tinggalkan di kantor) yang bisa saya gunakan — namun kini harus digunakan secara bergantian, satu adaptor untuk dua ponsel. Mungkin memang kami tidak menggunakan kamar yang terbaik (premium suites), namun bukan berarti kami tidak berhak mendapatkan pelayanan yang hati-hati, kan?

Bahkan, saya tidak mau hal ini bisa berakibat buruk terhadap karir pegawai layanan kamar tersebut.

Saya hanya menyayangkan, hotel yang besar (dan katanya berbintang lima) memiliki layanan yang baik namun tidak hati-hati. Menurut saya, kecelakaan ini terjadi karena sang petugas pembersih kamar tidak bekerja dengan hati-hati. Mudah-mudahan pihak manajemen dapat menindak kejadian ini dengan meningkatkan kualitas layanannya. Sehingga hal-hal seperti ini tidak perlu terjadi lagi.

Dengan pengalaman seperti ini, mungkinkah saya merekomendasikan hotel ini kepada orang lain?

— Adham Somantrie, tamu Hotel Borobudur.