Beberapa waktu lalu, Instagram melakukan perubahan pada platformnya dengan menghilangkan angka jumlah likes pada postingan di beberapa negara, yaitu: Irlandia, Italia, Jepang, Brazil, Selandia Baru, dan Australia. Sebelum enam negara itu, Kanada juga menjadi negara ujicoba perubahan ini. Selanjutnya, baru-baru ini Instagram juga memperluas kebijakan ini ke beberapa negara lain, termasuk Indonesia.

Beberapa akun sudah mulai terdampak kebijakan ini. Apakah akun Anda sudah terdampak? Lalu, Apa saja dampak dari perubahan ini? Apakah memang ke arah positif seperti tujuannya? Atau ada dampak negatif, terutama kepada para selebgram dan juga jenama (brands) yang memanfaatkan platform ini secara komersial?

Perlu diketahui bahwa perubahan ini hanya diterapkan untuk tampilan di linimasa (feed). Anda tetap dapat memberikan likes ke konten yang Anda suka seperti biasa, hanya saja tak tampak lagi berapa jumlah likes pada konten tersebut. Selain itu, Anda juga tetap dapat melihat berapa jumlah likes dari konten Anda sendiri.

Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk mengurangi gangguan psikologis untuk pengguna yang kompetitif: suka membanding-bandingkan angka jumlah likes konten miliknya dengan konten orang lain. Tampaknya, kebijakan ini akan berhasil mencapai tujuannya. Namun kembali lagi ke sudut pandang yang lain: apakah ini berdampak terhadap sisi komersial?

Bagi jenama, sepertinya ini tak terlalu menjadi masalah. Tim atau agensi yang menangani akun jenama tetap memiliki akses terhadap statistik akun jenama, termasuk angka likes. Semua berjalan seperti biasanya. Namun, mungkin kali ini kendalanya adalah tidak lagi mudah mengukur kinerja akun pesaing. Walau sebenarnya, akun jenama hampir dapat dipastikan menggunakan iklan untuk mendongkrak kinerjanya. Alhasil, kita tak bisa tahu juga berapa kinerja konten kompetitor secara organik.

Lalu bagaimana untuk selebgram? Masih ada kemiripan. Untuk statistik, mereka tetap dapat mengakses angka-angka yang dibutuhkan guna pelaporan ke klien, jenama, ato agensinya. Ya, klien mesti menunggu laporan dari sang selebgram untuk tahu jumlah likes, alih-alih memeriksa sendiri kontennya.

Selain itu, pengguna awam tak lagi bisa membandingkan jumlah likes antar selebgram. Begitu pula calon klien ato agensi yang tertarik untuk bekerja sama, tak bisa lagi dengan mudah mengukur rerata angka likes konten selebgram. Mereka kini harus menghubungi selebgram untuk menanyakan metrik ini, atau ya hanya dikira-kira saja.

Apa lagi? Tak akan ada lagi kompetisi dengan adu banyak likes. Facebook dari dulu juga sudah melarang kompetisi dengan metode "jumlah likes paling banyak". Alhasil, bisnis penjualan likes juga akan hilang dengan sendirinya. Hal ini dapat membuat interaksi semakin sehat dan menjauhkan platform Instagram dari kumpulan robot: platform menjadi lebih humanis dan sosial.

Jadi, tampaknya kebijakan Instagram untuk menyembungikan angka likes ini tak akan berdampak buruk. Bahkan, bisa jadi akan berdampak baik jika berjalan sesuai dengan tujuan awalnya. Mungkin, akan lebih seru kalau Instagram juga menyembunyikan angka followers?