Pada saat hari raya Idul Adha beberapa waktu yang lalu, saya beserta keluarga berkunjung ke salah satu kota satelit Jakarta untuk bersilaturahmi dengan sanak famili. Kali ini saya mencoba layanan pemesanan taksi berbasis aplikasi di ponsel, GrabTaxi. Memang bukan pertama kalinya, tapi saya termasuk jarang menggunakan layanan ini. Bisa dihitung dengan jari lah. Sekalian menambah pengalaman di luar taksi yang sudah umum.

Selain itu, yang saya suka dengan aplikasi pemesanan taksi ini adalah fitur peta. Sehingga kita tak perlu lagi panjang lebar menjelaskan alamat seperti reservasi tradisional melalui telepon. Cukup pin lokasi penjemputan dan tujuan di peta yang ada di ponsel. Selang beberapa menit, sebuah taksi lengkap dengan nama pengemudi, nomor telepon, dan nomor polisi kendaraan tercantum di layar ponsel. Jaraknya kurang dari 1 km, estimasi hanya sekitar 5 menit. Beberapa saat kemudian pun ponsel berdering. Sang pengemudi taksi menelpon untuk konfirmasi.

Beberapa menit kemudian, ponsel kembali berdering. Taksi dari armada Link sudah tiba untuk menjemput saya dan keluarga. Memang, aplikasi ini terbuka untuk para pengemudi taksi dan tak terbatas pada salah satu armada saja. Jadi memang tidak bisa memilih armada. Kebetulan memang setiap saya pesan selalu dapat Link, konon katanya tempat berkumpulnya memang tak jauh dari kediaman saya.

Sang pengemudi yang berusia sekitar 40-50 tahun, sebut saja namanya Pak Fendi, cukup ramah dan komunikatif. Dia mengkonfirmasi ulang alamat tujuan saya, lalu menanyakan pilihan rute yang ingin saya lewati. Yang membuat saya terkejut, dia memberikan saran sebelum saya memilih rute: "Dicek saja pakai peta, Pak. Kan bisa kelihatan tuh jalur mana yang sepi, jalur mana yang ramai."

Wah, ternyata canggih juga Bapak ini! Namun, ternyata Pak Fendi belum terlalu paham bagaimana cara menggunakan peta (kemungkinan yang dimaksudnya adalah Google Maps). Konon, ia belum pernah menggunakan smartphone Android sebelumnya. Pertama kalinya ia menggunakan Android adalah sebulan yang lalu saat mengajukan aplikasi sebagai pengemudi GrabTaxi.

Bahkan, menurut cerita beliau, saat baru menggunakan Android, ia pun tak tahu bagaimana caranya untuk menjawab panggilan telepon.

"Sudah saya pencet-pencet itu tombol hijaunya, gak mau dia nyambung, Pak! Eh, setelah dua hari, baru tau kalau ternyata mesti digeser kalau mau angkat telepon. Lepas lah itu semua order dua hari, Pak. Hahahaha!"

Saya lantas memeriksa kondisi lalu lintas di peta lalu memilih rute. Diskusi pun semakin menarik. Karena banyak fakta dan cerita mengenai dampak hadirnya teknologi ini terhadap kehidupan Pak Fendi. Apalagi, perjalanan cukup panjang. Daripada bengong, mending ngobrol.

Ponsel yang digunakan untuk operasional Pak Fendi adalah smartphone Android berlabel Acer. Entah seri apa, saya kurang paham. Menurut Pak Fendi, ponsel ini disediakan pihak GrabTaxi saat ia lulus terpilih sebagai mitra pengemudi. Pak Fendi harus membayar "uang muka" sebesar Rp.150.000 untuk ponsel ini, dan dilanjutkan dengan cicilan sebesar Rp.75.000 per bulan selama setahun (12x).

Namun, menurut penuturan beliau, konon sebelumnya banyak pelaku kejahatan terkait ponsel ini. Banyak pengemudi yang mendaftar dan membayar Rp.150.000, lalu setelah ponsel di tangan, smartphone Acer pun dijual sekitar Rp.600.000. Lumayan dapat untung Rp.450.000. Lalu sang pengemudi menghilang. Oleh karena itu, pihak penyedia layanan kini menetapkan sistem deposit untuk pengemudi yang baru.

Cerita lain adalah mengenai promo diskon atau potongan harga yang suka diberikan oleh pihak penyedia layanan. Menurut pengakuan beliau, sebelum bergabung di armada taksi Link, Pak Fendi bergabung dengan armada Taxiku. Yang berbeda adalah sistem setorannya. Armada Taxiku mewajibkan setiap pengemudi menyetorkan uang sejumlah yang tercatat di argo. Jadi, kalau setiap penumpang GrabTaxi mendapat diskon Rp.15.000, maka jika argo menunjukkan Rp.50.000 sang penumpang membayar hanya Rp.35.000. Promo Rp.15.000 ini akan dibayarkan oleh GrabTaxi ke pengemudi beberapa waktu kemudian. Namun, sang pengemudi tetap harus menyetor Rp.50.000 saat kembali ke pool. Jadi, harus nombokin Rp.15.000 dulu. Kalau ada belasan penumpang, lumayan gempor katanya.

Itu yang menyebabkan Pak Fendi pindah ke armada Link di awal September lalu. Karena sistem setorannya bersifat tetap (fixed): kalau saya tak salah, sekitar Rp.400.000. Menurutnya, dengan adanya sistem aplikasi ini, dia bisa mendapatkan angka jauh di atas itu. Bahkan dengan potongan dari promo GrabTaxi pun, selama ini dia selalu bisa mengejar target setorannya. Menurut pengakuannya, walau narik dengan armada yang tak populer, berkat GrabTaxi dia bisa dapat 12 penumpang dalam sehari dengan gampang. Sebelumnya, dapat 5 saja sudah bersyukur.

Ini mungkin perlu dicatat sebagai salah satu hal positif yang diberikan oleh kemajuan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, khususnya para pengemudi taksi.

Perbincangan terus berlanjut. Pak Fendi kemudian curhat lagi soal upgrade smartphone. Katanya ia ingin mengganti Acer dengan Bolt. Wah, saya lagi-lagi kaget. Bapak ini baru sebulan lebih pakai smartphone, tapi sudah belajar banyak.

Saya coba ingatkan Pak Fendi untuk bersabar, "Pak, ngapain sih ganti-ganti hape? Ini kan masih baru dan bisa dipakai untuk kerja kan?" Lagi-lagi jawabannya keren: "Kalau pakai hape Bolt dia lebih mantap, Pak!" Kerennya di mana coba? Ada lanjutannya!

"Bolt itu dia udah 1.2 giga, Pak. Jadi dia lebih cepat kalau mau nyambar ordernya. Kalau ini kan lambat, jadi kita selalu kebagian orderan yang sisaan. Orderan yang mahal-mahal udah keburu diambil driver yang pake hape canggih."

Ternyata itu maksudnya. Ponsel dengan kecepatan proses yang lebih kencang (prosesor lebih cepat) dan koneksi yang lebih cepat (LTE) memungkinkan dia untuk merespon pesanan lebih cepat sehingga bisa "menang" saat rebutan. Benar juga! Saya terlalu gegabah menganggap Pak Fendi konsumtif. Maafkan saya, Pak!

Lalu saya tanya lagi soal referral. Pak Fendi mengkonfirmasi bahwa program itu masih berjalan. Namun ia tak menjalankannya karena dia belum paham betul soal Android. Bahkan ia masih tak paham bagaimana caranya mengunduh aplikasi dari PlayStore dan mengisi kode referralnya. "Bingung saya nanti cara jelasinnya ke tamu, Pak! Gak ngerti kita. Hahaha!", selorohnya.

Tak lama kemudian, saya pun tiba di tujuan. Tak lupa Pak Fendi mengingatkan kalau saya tak perlu membayar tarif full, karena saya menggunakan kode promo maka saya mendapatkan potongan harga. Luar biasa bapak ini. Semoga Pak Fendi mendapatkan berkah saat bekerja, dan kualitas hidup keluarganya dapat meningkat dengan hadirnya teknologi yang sangat membantu ini.

Jadi, bagaimana dengan Anda? Kenapa memilih menggunakan aplikasi untuk pemesanan taksi? Atau masih lebih suka memesan dengan telepon?

Untuk Anda yang ingin menjajal GrabTaxi, silakan akses tautan ini untuk mendapatkan aplikasi GrabTaxi dan diskon biaya perjalanan. Atau masukkan kode promo B792B9 pada perjalanan pertama Anda. Selama menikmati perjalanan gratis!