Di beberapa kegiatan fisik luar ruangan (outdoor), resiko terjadi kecelakaan tentu saja ada. Dalam beberapa situasi, dibutuhkan adanya informasi darurat dan vital seperti identitas diri serta keterangan mengenai kondisi medis untuk memudahkan penanganan.

Mirip dengan pasien rawat inap di rumah sakit yang diberikan tanda pengenal di ranjang dan juga gelang. Ini memudahkan petugas untuk mengetahui nama dan data medis pasien dengan cepat, tanpa perlu bertanya kepada pasien, misalnya saat pasien kehilangan kesadaran, atau tanpa perlu memeriksa ke pusat informasi pasien (data center).

Saat mengikuti KOTR dan SCSM tahun lalu, selain data pribadi, pada pendaftaran juga ditanyakan golongan darah, kondisi medis, serta kontak untuk keadaan darurat. Informasi ini juga dicetak di belakang nomor dada (bib). Jadi, jika terjadi kecelakaan dengan peserta lomba, maka tim medis dapat dengan lebih sigap menangani berdasarkan data yang ada.

Tidak semua lomba lari di Indonesia sebaik itu. Dan seperti di awal tulisan, semua aktivitas luar ruangan beresiko. Apalagi ketika kecelakaan terjadi tidak ada keluarga atau teman di sana, maka tidak ada yang bisa dijadikan sumber informasi mengenai diri korban. Untuk itu, penggunaan identitas kecemasan (emergency identity) perlu dipertimbangkan.

Beberapa penggunaan identitas kecemasan ini adalah dengan kalung anjing (dog tag) atau gelang. Penggunaan di kalangan militer juga sudah umum. Informasi yang perlu dicantumkan antara lain nama lengkap, golongan darah, alergi, kondisi medis khusus jika ada, serta nama dan kontak darurat. Di negara maju, identitas tunggal seperti nomor jaminan sosial (social security number) bisa digunakan karena tidak akan berubah seumur hidup. Di Indonesia, mungkin baru bisa kita pakai kalau nanti proyek e-KTP berhasil diimplementasikan.

Terakhir, musibah itu bisa datang kapan saja. Jadi tidak perlu menunggu lomba untuk menggunakan identitas kecemasan ini. Sedia payung sebelum hujan.

— Adham Somantrie.