Social Computing is not a fad. Nor is it something that will pass you or your company by. Gradually, Social Computing will impact almost every role, at every kind of company, in all parts of the world. (Forrester Research, Social Computing - How Network Erode Institutional Power, and What to Do About It)

SEBAGIAN anak muda, khususnya di kota-kota besar, mungkin sama-sama merasakan bahwa hidup masa kini tidak bisa dilepaskan dari internet. Kepentingan tugas kuliah, pekerjaan, hiburan hingga mencari teman, semuanya melibatkan internet. Belakangan, transaksi jual beli di internet juga semakin diakrabi.

Kenyataannya, perdagangan berbasis sistem elektronik khususnya internet (e-commerce) memang semakin marak (booming). Kini, tidak sedikit orang mulai melirik belanja secara online. Malas berdesakan di mal, mengirit ongkos BBM, hingga kesibukan, menjadi alasan orang tak bisa berbelanja ke toko secara fisik. Prospek online shop semakin cerah. Beberapa mahasiswa pun turut mencium peluang tersebut dan tak ragu terjun membuka online shop. Seperti apa ceritanya?

Okky Diane Palma, mahasiswa Fikom UI 2004, punya keinginan membuka butik sendiri. Namun, karena butuh banyak tenaga dan biaya, ia pun menunda mimpi itu. Belakangan, timbul ide di benak Okky yang mengaku sangat akrab dengan dunia virtual ini, yaitu berjualan secara online. "Saya suka beli barang-barang lucu, tetapi kalau dibeli nanti malah menuhin lemari. Namun, akhirnya dibeli aja, untuk dijual lagi," kata Okky pada Kampus, saat menceritakan mulanya ia membuka online shop Kandang Sapi Buntal (www.dianepalma.multiply.com) pada Februari 2007.

Di online shop-nya, Okky menjual beragam kebutuhan pakaian perempuan, dari mulai sepatu, baju, tas sampai aksesori. Untuk suplai barang-barang sendiri, ia melakukan pencarian (hunting) di pasar lokal dan luar negeri, hingga memproduksi sendiri. Pelan-pelan online shop-nya pun mulai diketahui banyak orang. Okky juga kerap ber-offline dengan ikut berbagai bazar kampus.

Ada lagi Galuh Sitompul, mahasiswa Fikom Unpad 2002, yang juga membuka online shop Rumah Sepatu (www.shoemaniack.multiply.com). Awalnya, ia iseng mencari penghasilan tambahan dengan menawarkan pembuatan sepatu custom pada teman-teman kampusnya. Ia kemudian berpikir tidak ada salahnya melebarkan distribusi jualannya lewat internet.

Agar usaha bisa sukses, seseorang tentunya harus tahu bagaimana membuat orang lain tertarik pada produknya. Begitu juga dengan berjualan di internet, ada banyak cara untuk mempromosikan produk. Misalnya, posting di forum dan milis, memberi pesan pribadi lewat e-mail, hingga menumpang promosi di guest book sebuah website. Bagi Galuh, cara promosi yang efektif adalah rajin meng-update barang. "Itu akan ngundang orang datang, karena tertarik koleksi yang variatif," katanya.

Masih banyak anak muda lainnya yang kini juga tengah coba-coba membuka online shop. Kalau tidak percaya, kawan-kawan Kampus bisa browsing di salah satu situs yang lagi in sekarang, yaitu Multiply. Di sana ada banyak online shop yang rata-rata baru berdiri pertengahan akhir 2007 lalu. Yang paling menonjol adalah situs online shop khusus pakaian perempuan. Baju dan tas tidak bermerek sampai label desainer internasional tersedia di sana . Ada juga situs yang menjual perangkat komputer, buku, pernak-pernik otomotif, sampai film-film serial.

Tren terkini memang hampir semua perusahaan kecil ataupun besar membuat dan menggunakan situs untuk mendukung kegiatan promosi. Setidaknya ada dua macam situs yang bisa dipakai untuk membuka online shop. Pertama, situs penyedia fasilitas blog gratis, misalnya, Blogspot, Blogdrive, dan Multiply serta yang kedua yakni situs berbayar. Keduanya punya kelebihan dan kekurangan. Bila menggunakan fasilitas gratis, tentunya tidak perlu keluar uang untuk menyewa hosting. Namun, ada juga yang memilih situs berbayar agar terkesan lebih profesional, seperti trio Tania Mirella, Luke Liono, dan Mitsuko Wong yang baru saja meluncurkan online shop-nya (www.byutik.com) awal November 2007 lalu. "Kita juga bisa dapat alamat yang lebih mudah dihafal, dan desainnya bisa 100% sesuai dengan yang kita mau," kata Tania, mahasiswa Desain Produk FSRD ITB 2003.

Uniknya, trio yang berteman sejak SMA ini menggerakkan bisnis mereka secara lintas negara, sebab Tania kuliah di Bandung , Mistuko kuliah di Taiwan , dan Luke kuliah di Singapura. Mitsuko dan Luke pun mendapat tugas spesial berburu barang bagus untuk dibawa ke Indonesia, sementara Tania mengurusi situs dan promo material.

Nah, lain lagi dengan Adham Soemantrie, mahasiswa Teknik Komputer STT Telkom 2003. Ia juga mencari pendapatan dari internet, namun tidak membuka situs sendiri. Adham berjualan baterai laptop melalui sistem authorized dealer, yaitu mengambil barang dari induknya dengan "harga distributor". Ia tidak memikirkan masalah branding, ia mengusung merek sama dengan induk yaitu di situs www.gudangbatere.com.

Kalau ada yang kurang menyenangkan dari membuka online shop, itu biasanya biaya internet yang membengkak. Namun demikian, kalau penjualan bagus, tentu biaya internet berapa pun pasti akan tertutupi. Masalah lain adalah manajemen waktu, khususnya untuk kuliah. Apalagi, jika penjualan mulai laris manis, namun pegawainya hanya satu yaitu diri sendiri yang mengerjakan semua, dari mulai online, menjawab pembeli, membungkus, hingga ke tempat paket barang.

Di luar itu, "Membuka online shop itu menyenangkan, karena tidak perlu membayar pegawai, tempat, dan lain-lain," kata Okky. "Pas buat mahasiswa, bisa disesuaikan dengan waktu luang," kata Galuh. Jangan salah, keuntungannya juga lumayan lho! Okky dalam seminggu bisa mengirim paket ke 20 alamat, dan satu alamat bisa membeli 3-4 barang. Sementara Galuh dalam sebulan bisa mengirim 100-150 paket pesanan per bulan. Taruhlah, untung dari setiap barang Rp 25 ribu, berarti Rp 2-Rp 3 juta sudah pasti ada dalam genggaman.

**

"BELANJA online itu suka deg-degan saat nunggu barang, apalagi saat membuka pembungkusnya. Kalau barangnya bagus dan sesuai, ya senang. Tetapi, kalau jadinya ngaco atau malah nggak nyampe rumah," kata Lintang yang sudah beberapa kali berbelanja online.

Dalam bisnis online, yang paling dibutuhkan adalah rasa kepercayaan besar dari pelanggannya. Tidak dimungkiri, kejahatan di internet atau yang berhubungan dengan transaksi elektronika masih menjadi topik panas. Bahkan, pelanggaran hukum dan etika bukan hanya dilakukan oleh penjual pada pembeli, tetapi bisa juga sesama penjual. "Foto barang-barang koleksi saya ternyata pernah diambil dan dipampang oleh orang lain di situsnya tanpa permisi," kata Galuh.

Pada e-commerce, pembayaran setidaknya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu transfer antarbank dan via kartu kredit. Namun sekarang ini, online store yang ada, kebanyakan baru berada di tahap catalog shopping dan tidak sampai pada payment processing. Rata-rata hanya menerima pembayaran melalui transfer antarbank, sedangkan pembayaran melalui kartu kredit belum banyak. Kita ada juga pikiran ke arah sana, asal harus yakin dulu keamanannya," kata Tania.

Menurut Adham, para pembeli harus pintar dalam melakukan belanja online. Jangan sampai menyesal karena barang tidak juga sampai di tangan. Untuk mencegah terjadinya cyber crime, selain kewaspadaan dari pembelinya, juga dibutuhkan peraturan yang mengikat dari pemerintah. Kini masih dibahas RUU ITE (Rancangan undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik) yang rencananya diberlakukan tahun 2008 .. "Kalau buat usaha kecil-kecilan rumahan seperti online shop, kondisi internet di Indonesia yang masih `rimba` gini, malah bisa bikin banyak keuntungan untuk online shop berkembang. Tetapi, kalau ada peraturan mungkin bikin orang lebih mikir untuk mulai karena banyak ini dan itunya. Walaupun itu bagus, jadi semacam seleksi, mana online shop yang serius dan nggak serius," ucap Tania.

Yang jelas, pengguna internet dunia yang terus bertambah merupakan pangsa pasar online yang patut diperhitungkan. Jadi, apa kawan-kawan Kampus berminat ikut menjadikan internet sebagai ladang penghasilan? ***

dewi irma
[email protected]

Sumber: Pikiran Rakyat - Kampus - Ramai Ramai Bisnis di Ruang Maya (3 Januari 2008)
Artikel terkait: Pikiran Rakyat - Kampus - Cara Pintar Belanja Online