Rabu (21/3) kemarin, saya dan adik saya memutuskan untuk membeli sebuah kamera digital untuk keperluan dokumentasi pribadi sehari-hari. Ya, tadinya saya menabung untuk membeli sebuah telepon seluler baru yang dapat terkoneksi dengan PowerBook. Tapi setelah ditinjau ulang, tampaknya sebuah kamera digital lebih bermanfaat daripada sekedar mengganti telepon seluler.

Untuk survey awal, saya memanfaatkan katalog di situs Bhinneka untuk memilih dan menentukan kandidat kamera digital yang akan dibeli. Setelah menentukan tidak untuk memilih kamera tipe "pocket", akhirnya terpilih beberapa kamera hi-end kelas konsumer. DSLR? maunya sih, tapi dana sangat terbatas. Sementara kandidatnya adalah Kodak EasyShare Z650 (sekitar 2,7 juta rupiah), Z710 (2,9 juta), dan Z612 (3,1 juta). Ada Sony CyberShot DSC-H2 yang sangat menarik, namun harganya sedikit memberatkan (3,9 juta). Ada juga Fujifilm FinePix S5600 (3,6 juta) yang cukup menarik. Kamera-kamera ini terpilih karena dapat difungsikan dalam mode manual. Walaupun masih jenis point-and-shoot, bukan SLR, namun saya lebih menyukai memotret dengan mode manual. Walaupun saya sendiri tidak mengerti teknik dalam memotret.

Setelah mendapat beberapa model sebagai kandidat, kami pergi menuju BEC untuk survey barang. Ketiga model kamera Kodak diatas dapat ditemukan. Begitu juga dengan Fujifilm FinePix S5600. Hanya Sony CyberShot H2 yang tidak ditemukan, tapi yang ada malah Sony CyberShot H5 yang lebih baik (dan tentunya jauh diatas budget). Selain itu, kami juga menemukan Canon PowerShot S3 IS, yang tidak ada di katalog Bhinneka. PowerShot S3 tersebut ditawarkan dengan harga Rp.3.600.000,- hingga 3.750.000,-.

Canon PowerShot S3 IS

Tadinya anggaran yang dianggarkan untuk kamera digital sekitar 2,5 juta hingga sekitar 3 jutaan. Namun adik saya tampak sangat antusias dengan PowerShot S3. Singkat cerita, hasil pertimbangannya memutuskan untuk memilih PowerShot S3 walaupun mesti merogoh kocek lebih dalam memperbesar nominal yang mesti didebit. Dalam pembeliannya, saya diberikan bonus SD Card dengan kapasitas 1 GB yang bukan merupakan paket penjualan standar dari produsen. Harga yang disepakati adalah Rp. 3.575.000,- dengan garansi resmi 1 tahun oleh Canon.

Untuk fiturnya sendiri saya tidak terlalu mengerti mengenai kamera. PowerShot S3 ini memiliki sensor yang dapat menghasilkan gambar dengan resolusi maksimal 6 MegaPixel (2816 x 2112 pixel) yang juga dapat menghasilkan gambar dengan rasio widescreen (2816 x 1584 pixel). Selain mengambil gambar diam, kamera ini juga dapat merekam gambar bergerak (video, movie) serta dilengkapi dengan mic stereo. Kamera ini memiliki kemampuan perbesaran hingga 12 kali zoom optikal ditambah dengan 4 kali zoom digital (total 48 kali). Untuk pratampilan gambar, dapat menggunakan viewfinder maupun layar LCD 2 inch yang dapat di putar (sistem flip). Kemampuan ISO: Auto, High, 80, 100, 200. 400, dan 800. Untuk spesifikasi lengkap Anda dapat merujuk ke situs resminya.

Sementara yang menjadi masalahnya untuk saat ini adalah baterainya. Kamera ini tidak menggunakan baterai lithium-ion, tapi masih menggunakan baterai "klasik" ukuran AA (bisa jenis alkaline maupun NiMH-rechargeable) sebanyak 4 unit (di dalam paket pembelian disertakan 4 unit baterai non-rechargeable alkaline merk Panasonic). Dimana saya membeli secara terpisah baterai Sanyo dengan kapasitas 2700mAH (kapasitas yang diklaim oleh produsen, bukan kapasitas aktual). Dimana saya sudah memiliki charger di rumah yang biasa digunakan untuk mengisi baterai AAA untuk pemutar musik portabel saya. Masalahnya, kapasitas charger tersebut hanya 2 baterai, sehingga untuk mengisi 4 baterai saya harus melakukan pengisian sebanyak 2 kali. Dan menurut buku petunjuk charger tersebut, untuk pengisian baterai dengan kapasitas 2500mAH saja memerlukan waktu sekitar 24 jam. Ya, saya harus membeli sebuah charger baru. Ada yang punya rekomendasi? Yang juga berarti charger lama saya akan dibebastugaskan.

Links:
PowerShot S3 IS (Canon Asia)
PowerShot S3 IS (Canon USA)
PowerShot S3 IS (Flickr)