Ternyata saya tak bisa berlama-lama tanpa Fitbit. Sejak menggunakan Fitbit Aria dan Fitbit One, memang saya cukup puas dengan solusi dari Fitbit ini. Walau beberapa waktu yang lalu sempat hanya mengandalkan iPhone SE dengan fitur Fitbit MobileTrack, lalu menggunakan Mi Band 2, akhirnya saya pun memesan Fitbit Alta HR.

Saat menggunakan Mi Band 2 beberapa waktu lalu, saya mulai membiasakan diri menggunakan smart band. Setidaknya, sejak saat itu saya tak lagi menggunakan jam TomTom Multisport saya selain saat saya berlari. Fitbit Alta HR ini mirip dengan Mi Band 2, kecuali harganya yang bedanya sangat jauh. Seberapa pantaskah Fitbit Alta HR ini?

Oke, sudah jelas kalau saya terjerumus ke dalam ekosistem Fitbit. Jadi mungkin beberapa paparan saya di bawah akan sangat subjektif.

Sebenarnya ada tiga opsi Fitbit yang ingin saya ambil untuk menggantikan Mi Band 2: yakni Fitbit Alta HR, Fitbit Charge 2, atau kembali menggunakan Fitbit One yang klasik. Sebenarnya Fitbit Alta HR dan Charge 2 cukup mirip, hanya berbeda sedikit saja. Bahkan, Charge 2 memiliki fitur yang lebih baik. Namun, bentuk dan ukuran Alta HR yang cukup ringkas akhirnya menjadi alasan saya: hanya seperti menggunakan gelang.

Fitbit One terpaksa saya coret dari pilihan karena ketiadaan fitur pembacaan detak jantung (lebih tepatnya denyut nadi). Fitur ini sebenarnya tak terlalu signifikan untuk aktivitas sehari-hari. Namun, ternyata fitur ini akan memberikan analisis kualitas tidur yang lebih rinci. Alta HR (dan Charge 2) mampu membedakan beberapa tahap tidur: awake, light sleep, deep sleep, dan REM. Sementara One tidak mampu mendeteksi REM. Selain itu, adanya pembacaan denyut nadi ini memungkinkan Alta HR untuk memberikan pengukuran resting heart rate (detak jantung saat istirahat) yang bisa saya jadikan indikasi jika ingin melakukan olahraga berat di hari itu.

Pembacaan denyut nadi ini juga memungkinkan Alta HR untuk mendeteksi tidur secara otomatis. Saya tak perlu menahan tombol Fitbit sebelum tidur dan setelah bangun, atau melakukan input data secara manual jika lupa. Alta HR akan mendeteksinya secara otomatis. Tak seperti Mi Band 2, Alta HR (dan semua Fitbit) bisa menyimpan data tidur lebih dari satu setiap harinya. Jadi, jika saya tidur siang di akhir pekan karena kelelahan berolahraga di pagi hari, tetap akan tercatat oleh Fitbit.

Tak seperti Mi Band 2 yang membaca denyut nadi hanya saat kita minta, Alta HR (dan Fitbit lainnya dengan fitur PurePulse) bisa dikonfigurasikan untuk membaca denyut nadi sepanjang hari. Sehingga Anda bisa mendapatkan grafik yang menggambarkan detak jantung Anda sepanjang hari.

Sejauh ini, saya membandingkan pembacaan denyut nadi Alta HR dengan TomTom Multisport yang disandingkan dengan HRM (heart rate monitor) di dada, hasilnya kurang lebih sama.

Namun ada satu hal yang tidak saya dapatkan lagi dari Alta HR, yakni fitur altimeter. Sensor altimeter ini absen dari Alta HR karena keterbatasan tempat. Ya demi ukurannya yang ringkas, harus ada yang dikorbankan. Bahkan Fitbit One yang sudah lama itu saja punya fitur ini. Alhasil, tak ada lagi penghitungan jumlah lantai yang saya naiki setiap hari. Jika Anda membutuhkan fitur ini, silakan pertimbangkan untuk menggunakan Fitbit Charge 2.

Fitbit Alta HR bisa mendeteksi secara otomatis saat Anda melakukan olahraga atau aktivitas fisik dengan durasi lebih dari 10 menit (secara default, 15 menit). Dalam kasus saya, Alta HR berhasil mengenali dan mencatat saat saya berjalan kaki, berlari, dan bersepeda. Memang, saat saya mengendarai sepeda motor, sering dikenali oleh Alta sebagai bersepeda karena memang mirip aktivitasnya, namun tentunya dengan denyut nadi yang jauh lebih santai.

Alta HR juga akan mengingatkan Anda untuk bergerak atau berjalan di siang hari jika Anda terlalu lama duduk atau tidak bergerak. Ini adalah salah satu fitur penting yang bisa mengubah kebiasaan dan pola hidup kita menjadi lebih aktif secara fisik. Selain itu, Alta HR juga akan bergetar saat ponsel Anda menerima panggilan. Layarnya akan menunjukkan nama penelpon. Begitu pula saat ada SMS masuk, nama pengirim dan isi pesan akan tampil di layar Alta HR. Seperti biasa, Anda juga bisa membuat alarm di Alta HR untuk pengingat, atau yang lebih sering saya pakai untuk membangunkan tidur saya di pagi hari, terutama di akhir pekan untuk berolahraga.

Daya tahan baterai Alta HR tak jauh berbeda dengan One yang pernah saya pakai. Secara rata-rata, saya melakukan pengisian baterai seminggu sekali. Itu pun tidak dalam kondisi yang sangat habis. Tidak sampai menerima notifikasi dari Fitbit untuk pengisian baterai. Namun, karena Fitbit justru saya gunakan untuk tidur, pengisian baterai saya lakukan saat saya sedang mandi. Toh, saya tak butuh Fitbit selama saya mandi. Fitbit pun tidak menganjurkan untuk menggunakan Alta HR saat mandi.

Fitbit Alta HR tidak dilengkapi dengan GPS. Sehingga tidak menjadi pilihan sempurna untuk yang gemar berolahraga. Namun, seperti yang telah saya sampaikan, tujuan saya menggunakan Alta HR ini lebih untuk mengukur aktivitas saat sedang tidak berolahraga, dan yang paling penting adalah sebagai sleep tracker. Silakan pertimbangkan Charge 2 dan Blaze yang bisa memanfaatkan GPS dari ponsel, atau Ionic yang memang sudah memiliki fitur GPS terintegrasi.

Edisi reguler Fitbit Alta HR ditawarkan dengan gelang karet silikon dalam 2 pilihan ukuran dan 4 pilihan warna: hitam, abu-abu, ungu, dan jingga. Untuk yang ingin lebih gaya, juga tersedia 2 tambahan edisi khusus: gunmetal dengan tali gelang hitam dan warna body yang gelap (gunmetal), serta rosegold dengan tali gelang soft pink dan warna body rosegold.

Seperti Alta sebelumnya, tali gelang Alta HR bisa Anda ganti dengan mudah. Sehingga Anda bisa mengganti warga gelang untuk menyesuaikan kebutuhan Anda, misalnya warna abu-abusaat bekerja dan warna jingga saat berolahraga. Fitbit juga menjual gelang silikonnya saja secara terpisah untuk cadangan atau variasi warna jika Anda membutuhkan. Selain gelang silikon, Fitbit juga menawarkan gelang dari bahan kulit dengan 3 pilihan warna: cokelat, indigo, dan lavender. Plus, gelang logam berbahan stainless steel untuk yang ingin tampil lebih glamor.

Lalu bagaimana dengan harga? Nah, ini yang mungkin berat, apalagi jika dibandingkan dengan Mi Band 2. Ditambah dengan fakta bahwa Fitbit tidak dijual resmi di pasar Indonesia, sehingga selain harganya semakin tinggi, ketersediaannya pun tak mudah ditemukan. Saya sendiri menitip pada seorang teman yang kebetulan sedang ke Amerika Serikat. Fitbit Alta HR ditawarkan pada harga 149.95 USD (edisi reguler selain gunmetal dan rosegold), ditambah dengan pajak yang berbeda-beda tergantung pada negara bagian (state). Untuk Hawaii, pajaknya sekitar 4%. Alhasil ketika dikonversi menjadi rupiah, total harganya sekitar Rp.2.050.000. Setara dengan 10 unit Mi Band 1S ya?

Jika Anda ingin membelinya di Indonesia, harganya mungkin bisa lebih mahal 20-30%. Dan jangan lupa, karena Fitbit tidak memiliki perwakilan di Indonesia, tak ada garansi di Indonesia. Namun, pengalaman saya dengan Fitbit One, tak ada permasalahan pelik selama saya menggunakannya sejak 2014 hingga 2017, selain sulitnya mencari aksesorisnya. Tapi Anda tetap bisa mengandalkan toko daring nasional, atau bahkan AliExpress untuk ini.

Nah, untuk yang ingin membeli fitness smartband, pilihannya kembali di tangan Anda. Jika Anda hanya menginginkan fitur dasar, Mi Band 2 saja sudah cukup. Namun jika memang anggaran cukup fleksibel dan membutuhkan fitur yang lebih kompleks, jajaran produk Fitbit bisa dipertimbangkan. Atau, bisa melihat-lihat Garmin Vivofit dan Vivosmart terlebih dahulu, apalagi jika Anda sudah terbiasa dengan ekosistem Garmin.

Oh iya, Fitbit sampai saat ini belum mendukung Apple Health di iOS. Jika Anda membutuhkan data dari Fitbit di Apple Health, silakan mencoba aplikasi Sync Solver yang pernah saya ulas sebelumnya.