Lagi-lagi saya mendapat pasien berupa MacBook Pro 15 inci mid-2009 (Core 2 Duo 2.53Ghz) untuk diremajakan. Kalau dipikir-pikir, memang sudah bisa dibilang renta: usia laptop ini sudah sewindu: 8 tahun! Tapi sebenarnya tak setua itu, karena MacBook Pro ini adalah versi certified refurbished dari Apple. Dibeli sekitar tahun 2013 di Apple Store di Amerika. Tak heran kalau kondisinya cukup baik. Baterainya masih mumpuni, dan harddisk-nya sudah diganti dengan yang lebih baru walau kapasitasnya tetap 250GB.

Upgrade yang saya lakukan pada MacBook Pro ini cukup sederhana, hanya mengganti RAM dan harddisk saja seperti biasa. RAM yang masih standar yakni 2 keping 2GB (total 4GB) saya ganti dengan 2 keping 4GB (total 8GB) keluaran Corsair yang didesain khusus untuk Mac. Saya tak mau ambil risiko dengan kepingan lebih besar. Harddisknya yang sudah diganti dengan WD Blue 250GB 7mm oleh Apple, kini saya tukar dengan SSD Samsung 850 Evo dengan kapasitas yang sama. Alhasil peningkatan kinerja dirasa cukup signifikan dan memuaskan penggunanya. Dengan MacOS El Capitan, waktu boot mulai 'chimes' hingga masuk desktop jadi lebih singkat: 20 detik; dan 4 detik kemudian siap digunakan.

Aplikasi yang digunakan pemiliknya memang tak terlalu dahsyat, hanya sekedar Microsoft Office, peramban web, Adobe Photoshop dan Lightroom. Pasca upgrade, bekerja dengan MacBook Pro ini tak terasa seperti menggunakan komputer berusia 9 tahun. Cukup responsif dan gegas. Biaya yang dikeluarkan pun tak terlalu fantastis walau tak bisa dibilang murah. Sekitar 900 ribu untuk RAM dan 1.4 juta untuk SSD.

Bagaimana untuk komputer lain? Resepnya tak jauh berbeda. Maksimalkan RAM, ganti harddisk tradisional dengan SSD.

Saran saya, gunakan RAM minimal 8GB. Jika anggaran memungkinkan, langsung upgrade RAM ke ukuran maksimalnya. Jika tidak, bisa dicicil separuh terlebih dahulu. Misalnya saat ini 2 keping 2GB (4GB), dengan maksimal 2 keping 8GB (16GB), maka cicil dengan 1 keping 8GB terlebih dahulu. Memang konfigurasi ini (2GB+8GB) akan pincang untuk dual-channel RAM. Namun, RAM 10GB tetap akan jauh lebih baik daripada RAM 4GB kan?

Untuk harddisk, memang agak sulit (baca: mahal) untuk mengganti ke SSD, terutama jika Anda butuh kapasitas besar dan anggaran pun terbatas. Salah satu solusi ekonomis adalah dengan menggunakan SSHD yang merupakan hibrida antara harddisk dan SSD. Jika Anda tak terlalu bermasalah dengan keberadaan harddisk eksternal, maka gunakan SSD dengan kapasitas secukupnya, lalu simpan data Anda di harddisk eksternal. Saran saya, jangan gunakan SSD dengan kapasitas lebih kecil dari 250GB.

Tips: Sediakan USB HDD case untuk memindahkan data dari harddisk lama ke SSD baru, atau untuk melakukan kloning. Untuk kloning di Mac, Anda bisa menggunakan aplikasi Carbon Copy Cleaner. Sementara untuk Windows, produsen SSD seperti Samsung ataupun Crucial biasanya sudah menyertakan aplikasi kloning dalam paket pembeliannya untuk Anda gunakan.

Jika laptop Anda memiliki slot mSATA atau M.2 seperti pada ThinkPad, maka Anda bisa menggunakan konfigurasi dual disk, yakni harddisk dan SSD bersamaan. Misalnya menggunakan harddisk berukuran 1TB untuk penyimpanan data dan SSD 250GB untuk sistem dan scratch disk. Anda juga bisa mengganti drive optik (DVD) untuk harddisk kedua atau SSD, jika laptop Anda masih memiliki drive optik. Tentunya Anda akan membutuhkan cage untuk memasang harddisk di tempat drive optik.

Bagaimana untuk komputer desktop? Karena lebih modular, pilihan upgrade untuk komputer desktop tentunya lebih beragam. Apalagi jika komputer Anda adalah rakitan, bukan komputer bermerek (branded).

Untuk komputer desktop, resep RAM dan SSD tetap berlaku. Namun sebelumnya, cek dulu spesifikasi motherboard Anda untuk memastikan kapasitas maksimal RAM yang bisa diakomodasi. Sementara untuk SSD, komputer desktop lebih fleksibel karena ruang yang lebih lega daripada laptop. Anda bisa menambah SSD tanpa harus membuang harddisk atau drive optik. Dengan catatan, masih ada slot SATA, M.2, atau PCIe kosong yang tersedia.

Berikutnya, komponen yang bisa Anda upgrade adalah prosesor. Terutama jika komputer Anda masih menggunakan prosesor low-end seperti Celeron ataupun Pentium, maka besar harapan Anda bisa melakukan upgrade ke prosesor yang lebih cepat seperti Intel Core i5 atau bahkan i7 untuk mendapatkan lonjakan tenaga yang signifikan. Begitu pula jika Anda menggunakan AMD, lakukan upgrade dengan mengganti prosesor dengan spesifikasi yang lebih tinggi.

Untuk melakukan upgrade prosesor, lagi-lagi Anda harus mempelajari spesifikasi motherboard dan chipset komputer Anda. Cari tahu prosesor jenis apa saja yang bisa diakomodasi oleh chipset tersebut. Walau sebenarnya saran praktis yang sering digunakan adalah dengan melihat jenis soket prosesor, namun akan lebih baik jika memeriksa kompatibilitas chipset dan motherboard sebelum membeli prosesor baru.

Satu hal lagi yang biasa dilakukan pengguna desktop untuk meningkatkan kinerja komputernya adalah kartu grafis (graphics card), terutama untuk yang suka bermain game. Walau untuk pekerjaan sehari-hari tidak terlalu banyak mempengaruhi kinerja, namun jika Anda banyak menggunakan aplikasi perancangan tiga dimensi dan menggunakan monitor ukuran besar dan resolusi tinggi, peningkatan kartu grafis relatif banyak membantu. Apalagi jika aplikasi Anda sudah memanfaatkan OpenCL.

Khusus untuk Anda yang melakukan upgrade prosesor dan/atau kartu grafis, hal yang penting untuk diperhatikan adalah kebutuhan daya. Umumnya, prosesor dan kartu grafis yang lebih cepat serta bertenaga membutuhkan asupan daya yang jauh lebih tinggi pula. Untuk itu, Anda perlu memperhatikan kapasitas daya dari power supply unit (PSU). Jika memang kapasitasnya kurang, maka Anda perlu mengganti PSU yang lebih besar kapasitasnya.

Nah, jika bisa meremajakan komputer tua, tak perlu repot-repot membeli yang baru kan?