Bermigrasi ke lini produk ThinkPad setelah lebih dari satu dekade akrab dengan produk PowerBook dan MacBook dari Apple, tentu bukanlah hal yang mudah. Sekalipun saya sudah cukup familiar dengan ThinkPad. Ada beberapa hal dari Apple yang sudah nyaman saya gunakan yang tak lagi tersedia atau tak bisa saya lakukan dengan ThinkPad ini.

Memang saya sudah melakukan banyak pertimbangan sebelum memutuskan untuk melakukan lompatan besar ini. Ada banyak faktor pro dan kontra yang sudah saya sesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan saya saat ini. Tentunya lebih banyak faktor pro, makanya saya bermigrasi. Namun, saya akan paparkan pula beberapa faktor kontranya. Mungkin bisa bermanfaat dan mencerahkan untuk yang masih bimbang untuk beralih dari atau ke Mac.

Aluminum Case

Saat beralih ke Mac dengan PowerBook G4 tahun 2006, tak banyak laptop yang menggunakan bahan aneh untuk casing-nya. Umumnya menggunakan plastik yang tampak murah dan rentan. Alhasil, PowerBook dengan balutan aluminum menjadi menonjol, terlihat premium dan kuat. Tak seperti sekarang di mana banyak laptop sudah dibalut dengan material yang tak umum seperti magnesium, serat karbon, alumunium, dan bahan dengan kualitas baik lainnya.

Namun jangan salah, saat itu pun ThinkPad tak kalah keren dengan menggunakan kerangka magnesium yang benar-benar tahan banting. Plastiknya memang tak keren, namun sangat kuat. Dan kini, hampir semua ThinkPad masih menggunakan plastik, yang dicampur dengan serat karbon.

Firewire

Ini merupakan port yang saya cintai sejak PowerBook G4. Terutama untuk akses harddisk eksternal. Sangat handal dan cepat. Di sisi lain, saya sering mengandalkan Firewire untuk Target Disk Mode antar Mac, terutama saat migrasi. Namun, sekarang Apple pun sudah tak menggunakan port ini lagi. Di samping itu, USB 3.0 (serta USB 3.1) pun kini sudah punya kecepatan yang luar biasa. Apalagi kombo USB-C dengan Thunderbolt 3. Ya, Thunderbolt memang diciptakan untuk membunuh Firewire. Walau, ThinkPad X250 saya tak punya Thunderbolt port. Hehehe.

macOS

Satu hal yang pasti ketika saya meninggalkan platform Mac adalah saya akan kehilangan Mac OS X. Sejak saya menggunakan Mac OS X Tiger (10.4) pada PowerBook G4, saya menjadi ketagihan. Saya anggap wajar kalau saat itu Apple mengklaim Mac OS X sebagai sistem operasi paling modern saat itu. Saya selalu merasa kehilangan Spotlight, Dashboard, dan Exposé saat terpaksa menggunakan sistem non Mac. Namun, setelah lebih dari satu dekade, Windows pun berevolusi menjadi lebih baik. Walau banyak yang menganggap Microsoft banyak meniru Mac OS X, tak perlu terlalu dipikirkan. Toh, sekarang sudah 2017, semua sistem operasi sudah canggih, sudah mampu memenuhi kebutuhan setiap pengguna. Sekarang pun di era cloud, yang penting adalah koneksi internetnya.

Namun terkait aplikasi, lisensi tentunya akan jadi masalah tersendiri. Ketika di Windows, maka saya harus kehilangan banyak lisensi aplikasi seperti Coda, Tweetbot, iMovie, dan GarageBand. Untungnya lisensi Office365 tetap bisa saya gunakan di ThinkPad, seperti halnya lisensi Evernote dan juga Apple Music pada iTunes.

Hal lain yang tak mungkin bisa saya dapatkan adalah iMessage dan Facetime. Kini saya terpaksa rajin memeriksa iPhone saat bekerja. Dahulu, saya bisa berkirim iMessage dari MacBook Pro, tapi harus melihat iPhone untuk memeriksa WhatsApp. Kini, sebaliknya.

Charger

Alasan lain kenapa saya (dan juga mungkin pengguna Mac lainnya) mencintai MacBook adalah charger-nya yang sederhana dan kompak.  Walau mungkin banyak yang beranggapan kalau charger MacBook itu rentan, namun sepengalaman saya mulai dari PowerBook hingga MacBook Pro, tak pernah mengalami masalah dengan charger yang dianggap rentan itu.

Memang charger ThinkPad sebenarnya sudah cukup kompak, namun kabel daya antara charger ke colokan listrik (wall outlet) memang cukup bulky, tebal, dan kaku. Walaupun ini sebenarnya terjadi karena kabel yang disediakan memang berkualitas baik. Pun, saat menggunakan Mac, saya biasanya tak menggunakan lagi kabel tambahan antara charger ke colokan listrik, untuk alasan kepraktisan.

Namun, menuju era USB-C charging, tampaknya di masa depan charger laptop akan menjadi lebih kompak. Tapi memang ada risiko kualitas ketika standar ini menjadi umum dan banyak vendor menawarkan solusi produk murah. Solusinya bisa menggunakan charger MacBook baru yang sudah USB-C. ThinkPad X270 dan X1 2017 pun sudah bisa di-charge dengan USB-C. Jadi, tampaknya masalah ini akan segera berakhir.

Keyboard

Mac punya keyboard yang hebat dan bisa dibilang konsisten. Perubahan hanya terjadi di tiap dekade. Saya merasakan keyboard lama di PowerBook G4, namun ketika pindah ke MacBook dengan keyboard chicklet pun tak terasa perubahan banyak. Namun, ThinkPad juga terkenal dengan keyboardnya yang hebat juga.

Sayangnya Lenovo mengubah keyboard klasik ThinkPad dengan tipe chicklet. Memang secara kinerja tak banyak berubah, tetap enak dan nyaman. Namun karena saya cukup terbiasa dengan keyboard klasik dari ThinkPad X40, memang butuh sedikit penyesuaian.

Masalah yang sering dijumpai adalah peletakan tombol Fn dan Ctrl pada ThinkPad yang tak umum: Fn berada di pojok kiri bawah. Untuk saya, hal ini tak menjadi masalah karena keyboard Mac pun sama

Shortcuts

Berpindah platform Windows-Mac dan sebaliknya, memang harus menghadapi masa-masa untuk beradaptasi. Terutama untuk shortcuts. Walau berpengalaman cukup lama dengan Mac, namun belasan tahun sebelumnya saya terbiasa menggunakan komputer tanpa mouse. Alhasil, saya cukup akrab dengan shortcut keyboard.

Sebenarnya shortcut umum di kedua platform ini mirip-mirip saja. Misalnya untuk fungsi "copy", menggunakan Cmd+C di Mac, dan Ctrl+C di Windows. Yang jadi masalah adalah tata letak Cmd dan Ctrl yang berbeda. Saya biasa menggunakan jempol kiri untuk menekan Cmd, sementara untuk menekan Ctrl saya biasa menggunakan kelingking kiri. Adaptasi yang lumayan berat.

Hal lain adalah mengenai tombol fungsi (F1-F12). Mac hampir tak mengenal 12 tombol ini, alhasil tombol-tombol ini dialokasikan untuk fungsi-fungsi khusus seperti pengaturan volume suara, kecerahan layar, kontrol musik, dan lain-lain. Laptop Windows saat ini juga banyak yang mengadopsi sistem ini.  Sayangnya, aplikasi di Windows masih banyak yang menggunakan tombol fungsi. Misalnya F2 yang sering saya gunakan untuk rename file, atau tombol F5 yang terkenal untuk refresh (saya lebih sering pakai Ctrl-R atau Cmd-R). Alhasil, saya jadi lebih sering menggunakan tombol Fn di ThinkPad.

Kontrol EarPods

Memang saya tak menggunakan EarPods keluaran Apple. Saya lebih memilih Yurbuds ITX-3000 untuk dipasangkan ke iPhone dan ThinkPad. Namun karena MFi, Yurbuds ini bisa digunakan untuk mengatur volume dan kontrol musik di iPhone dan Mac. Bahkan, saya menggunakan earphone ini untuk menerima panggilan telepon di Mac. Namun saat ini, saya tak lagi bisa mengatur volume suara, bahkan tak bisa mengendalikan iTunes (play, pause, skip, dll.) di ThinkPad melalui remote yang ada di earphone. Murni hanya bisa digunakan sebagai earphone dan mikropon.

Akhir kata, perubahan memang tidak mudah, namun bukan hal yang tak mungkin. Namun memilih antara ThinkPad dan MacBook Pro bukanlah hal yang mudah untuk saya. Saya sering berkelakar dengan teman-teman di MakeMac: Kalau saja ThinkPad didesain secara native untuk OS X, saya takkan beli MacBook Pro.