Banyak hal yang bisa dijadikan patokan untuk mengukur kesehatan. Antara lain detak jantung dan berat badan. Dengan perangkat sederhana seperti timbangan, kita bisa tahu berat badan kita. Jika kita tambahkan informasi tinggi badan, maka dapat kita kalkulasikan indeks masa tubuh (body mass index) untuk mengetahui apakah kita obesitas, kurus, atau sudah ideal. Tapi, BMI yang ideal pun sejatinya belum bisa merefleksikan tingkat kesehatan kita, ada hal-hal lain seperti gula dan lemak darah, misalnya.

Untuk itu, saya mencoba mencari timbangan yang dapat pula mengukur persentase lemak tubuh (body fat percentage). Timbangan profesional seperti halnya Tanita ataupun Omron biasanya mampu untuk mengukur parameter ini, bahkan ditambah dengan parameter lainnya seperti ekuivalen usia sel tubuh. Namun, ternyata saat ini sudah hadir pula timbangan cerdas (smart scales) di pasaran yang tentunya bisa terhubung dengan ponsel cerdas bahkan langsung terkoneksi ke internet. Menarik!

Sesuai fungsi utamanya, timbangan cerdas ini tentunya berguna untuk menimbang berat badan, bedanya adalah kemampuannya untuk bekerja sama dengan gawai (gadgets) ataupun langsung terhubung ke internet. Sehingga hasil pengukuran akan langsung dicatatkan di aplikasi atau di awan (cloud), yang memungkinkan kita untuk melihat progres berat badan dari waktu ke waktu tanpa perlu repot-repot mencatat manual.

Harganya? Tentunya akan mengejutkan. Timbangan cerdas ini berkisar antara 60-90 USD. Padahal hanya berfungsi untuk menimbang berat badan saja! Yang membuat mahal tentunya bagian "cerdas"-nya. Namun, karena kadung mahal, saya coba cari timbangan cerdas yang lebih cerdas lagi: yang bisa mengukur lemak tubuh!

Dari hasil menjelajah internet, ada beberapa timbangan cerdas yang memiliki pengukuran lebih dari sekedar berat badan. Finalisnya: Fitbit Aria dan Withings Smart Body Analyzer. Fitbit ditawarkan 130 USD dengan kemampuan wifi dan pengukuran lemak tubuh. Sementara Withings (WS-50) lebih mahal, 150 USD, dengan kemampuan tambahan pengukuran detak jantung dan kadar CO2. Jangan keliru dengan Withings Smart Scale (WS-30) yang hanya mengukur berat badan saja.

Akhirnya saya memilih Fitbit Aria dengan beberapa pertimbangan. Pertama, filosofi Fitbit mengedepankan kesederhanaan (simplicity), fungsionalitas, dan pengalaman pengguna (UX). Kedua, harganya lebih murah, dan fitur detak jantung serta kadar CO2 tidak begitu saya butuhkan.

Oh iya, Aria tersedia warna hitam dan putih. Silakan pilih sesuai dengan selera dan selaras dengan tema perabotan di rumah Anda. Saya sendiri memilih warna hitam.

Fitbit Aria saya pesan di Amazon, seharga 124 USD karena mendapatkan potongan harga, namun dikenakan lagi pajak sekitar 10 USD. Untuk pengiriman saya arahkan ke kakak saya di USA, lalu saya mendaftar ujicoba (trial) Amazon Prime, sehingga mendapatkan pengiriman 2 hari secara gratis. Pembayaran menggunakan kartu kredit Indonesia dengan total sekitar 134 USD (harga + pajak), tapi memang kurs lagi tidak bersahabat, saya dapat Rp.12.500/USD. Lumayan bikin mules saat tagihan tiba.

Setelah barang sampai di tanah air, tentunya tak sabar hati ini untuk segera mencoba. Dalam kemasannya, Aria sudah dilengkapi dengan 4 butir batu baterai ukuran AAA. Anda hanya tinggal perlu memasangkan baterainya saja. Lalu, Aria siap untuk dikonfigurasikan.

Satu hal yang perlu dicatat, untuk menggunakan Fitbit Aria, Anda harus memiliki wireless router, atau jaringan wifi dengan koneksi internet. Karena Aria tak punya koneksi ethernet dan tak punya koneksi bluetooth untuk terhubung dengan ponsel.

Pertama-tama, Aria akan beroperasi layaknya access point. Anda tinggal mencari SSID yang sesuai dengan nomor seri Aria, lalu bergabung ke jaringan tersebut, dan konfigurasikan melalui peramban (browser) web. Nanti Anda akan diminta untuk memilih SSID yang akan digunakan oleh Aria. Pastikan jaringan tersebut dapat terhubung ke internet. Jangan takut kalau ternyata jaringan wifi di rumah Anda diproteksi, Aria bisa dikonfigurasikan untuk wifi terproteksi semacam WEP, WPA, dan WPA2.

Satu lagi hal penting, yakni jangan lupa untuk membuat akun di fitbit.com, kecuali memang sudah punya.

Setelah selesai mengkonfigurasikan wifi dan akun fitbit, maka Aria siap untuk digunakan. Cara menggunakannya? Ya, tinggal melangkah ke atas timbangan, berdiri diam, dan biarkan Aria bekerja mengkalkulasikan berat serta lemak tubuh Anda. Setelah melakukan pengukuran, Aria akan langsung mengunggah data-data tersebut ke layanan awan fitbit.com. Sederhana.

Untuk pengguna ponsel cerdas Apple dan Android dapat mengunduh aplikasi Fitbit di AppStore maupun Playstore. Aplikasi ini tidak bisa mengubungkan ponsel ke Aria secara langsung seperti halnya ke Fitbit Flex atau Force. Tapi aplikasi ini terhubung ke server fitbit yang nantinya akan menghubungkan ke Aria. Jadi, koneksi dari ponsel ke aria harus melewati internet (cloud).

Di aplikasi ini juga kita mendapatkan dashboard untuk melihat semua log penimbangan dalam tiga parameter: berat badan, lemak tubuh, dan BMI. Dapat pula disajikan dalam bentuk grafik dengan periode mingguan, bulanan, triwulan, atau bahkan setahun.

Selain melalui aplikasi, dashboard ini dapat pula diakses melalui komputer atau tablet dalam format web. Cukup login ke fitbit.com dengan akun Anda, maka data akan tersajikan.

Bagaimana jika ternyata di rumah ada banyak orang? Tak jadi masalah untuk Aria. Karena Aria mampu mengenali hingga 8 orang pengguna yang berbeda. Pun, dengan pengenalan otomatis. Karena setiap kali menimbang, Aria akan mencocokkan hasil pengukuran dengan masing-masing profil pengguna.

Pengenalan ini cukup akurat jika profil pengukuran masing-masing pengguna cukup berbeda. Untuk yang memiliki berat dan massa lemak yang mirip-mirip, besar kemungkinannya untuk saling tertukar saat Aria mencoba mengenali pengguna.

Tak begitu masalah, karena setiap pengukuran dapat disesuaikan melalui dashboard. Kalau pun ada yang tidak sesuai dengan profil yang dikenalnya, maka Aria akan menganggapnya sebagai tamu, "guest".

Jika menggunakan activity tracker FitBit semacam Force, Flex, ataupun yang lain, maka Anda bisa menggabungkan data aktivitas dan pembakaran kalori dengan masing-masing hasil timbangan. Apalagi jika cukup rajin untuk mendata makanan yang dikonsumsi, maka dalam dashboard fitbit maupun di aplikasi bisa menyajikan data nutrisi yang holistik.

Bagaimana jika menggunakan tracker selain fitbit atau aplikasi lain? Entahlah. Saya sendiri masih berharap banyak pada HealthKit di iOS 8 nanti, agar data pembakaran kalori dari Nike Fuelband dan Nike SportWatch bisa dikombinasikan dengan pengukuran dari Aria. Sampai saat ini, baik Nike dan Fitbit belum menyediakan pembaruan aplikasi untuk mendukung HealthKit.

FitBit sendiri belum secara resmi mendukung HealthKit. Namun, Apple sudah menampilkan FitBit Flex saat presentasi HealthKit di perkenalan iOS 8 beberapa waktu lalu. Menarik. Sebagai tambahan informasi bagi pengguna Android, FitBit sudah menjadi mitra resmi untuk platform Google Fit.

Seperti yang sudah saya sebutkan di awal, salah satu minus Aria dibanding Withings adalah tidak adanya fitur pengukuran detak jantung dan kadar CO2. Walaupun tidak begitu penting, tapi saya rasa dengan tambahan 20 USD, fitur ini baik untuk dimiliki. Selain itu, Withings memiliki lebih banyak kompatibilitas dengan aplikasi dan layanan pihak ketiga. Satu hal menarik lagi, Withings sudah bekerja sama dengan Nike untuk integrasi NikeFuel ke sistem Withings. Integrasi Nike+ ke Fitbit? Sepertinya tidak akan ada selama Fuelband masih bertarung dengan activity tracker dari Fitbit.

Bagaimana? Tertarik untuk mencoba Aria juga?