Xiaomi akhirnya datang secara resmi dan meluncurkan Redmi 1S di Jakarta pada Rabu (27/08) kemarin. Saya sendiri tidak dapat memenuhi undangan untuk menghadiri peluncurannya di siang itu, tapi saya berkesempatan untuk berdiskusi eksklusif dengan Hugo Barra, VP Xiaomi Global, bersama beberapa rekan-rekan blogger pada malam harinya.

Ponsel Xiaomi menggunakan sistem operasi MIUI yang berbasis Android seperti halnya dari produsen lain, tapi dengan modifikasi eksklusif untuk peningkatan kualitas tampilan (UI) dan tentunya pengalaman yang lebih baik (UX). MIUI didesain secara intuitif melalui pendekatan yang mengurangi gangguan (less distraction), sehingga dapat meningkatkan produktivitas. MIUI ini sepertinya ditargetkan pula untuk para power user, karena dibalik kesederhanaan tampilannya, MIUI dapat pula dimodifikasi secara berat.

Xiaomi mengaku sangat-sangat terbuka terhadap komunitas pengguna dan juga pengembang. Beberapa fitur, misalnya penggunaan lampu foto sebagai senter, ternyata merupakan masukan dari pengguna yang sering pulang malam dan kesulitan membuka kunci pintu rumah saat gelap.

Xiaomi berawal dari perusahaan pengembang perangkat lunak. Karena kesulitan membuat perangkat lunak yang "sempurna", maka Xiaomi memutuskan untuk membuat perangkat keras mereka sendiri. Filosofi ini cukup familiar? Ya, filosofi yang sejak lama dianut oleh Apple, tak ayal kalau Xiaomi seringkali disebut sebagai "Chinese Apple".

Everyone can root. Hacking are encouraged!

Berbeda dengan kebanyakan produsen ponsel yang tak ingin produknya diobrak-abrik oleh pengguna, Xiaomi mendorong penggunanya untuk mengoprek ponselnya. Xiaomi menjamin bahwa semua ponsel yang "rooted" maupun yang menggunakan custom ROM akan tetap dilayani di 17 pusat layanan (service centre) yang ada di Indonesia.

Terdengar hacker-friendly ya? Tapi hacker kok ke service centre?

Xiaomi menjamin semua ponselnya bergaransi internasional selama dibeli secara legal, bukan dari pasar gelap. Jadi, jika Anda membeli Xiaomi di luar negeri dan tiba-tiba mengalami masalah, bisa dibawa ke pusat layanan yang ada di Indonesia.

Tapi, karena saat ini baru Redmi 1S saja yang masuk secara resmi, maka ketersediaan suku cadang di pusat layanan pun masih terbatas untuk Redmi 1S. Untuk model lain sebenarnya tetap diterima untuk perbaikan, namun jika ada suku cadang yang perlu diganti, maka tidak bisa dijamin. Yang menarik lagi, Xiaomi menawarkan layanan perbaikan yang cukup cepat, yakni 2 jam. Konon yang tercepat di industri. Tapi sepertinya terbatas dan tidak untuk semua jenis gangguan.

Untuk saat ini, Xiaomi belum memiliki toko eksklusif di Indonesia. Distribusi ponsel ini menggandeng mitra distributor dan juga penjualan e-commerce melalui Lazada. Pembeli dapat melakukan pemesanan (pre-order) Redmi 1S di situs Lazada terhitung sejak 27 Agustus 2014 yang kemudian baru akan tersedia pada 4 September 2014. Redmi 1S sendiri dibanderol dengan harga Rp.1.499.000. Harga yang sangat menarik untuk pasar, apalagi dengan fiturnya yang sangat baik.

Selain Redmi 1S, Xiaomi juga berencana untuk turut menawarkan Redmi Note dalam waktu dekat. Hugo belum bisa menginformasikan kapan rencana ini akan terlaksana saat kami tanya. Begitu pula dengan ponsel lain seperti Mi4, Hugo belum bisa mengkonfirmasi kedatangannya di Indonesia.

Tapi tenang saja, aksesoris resmi Xiaomi akan tersedia pula untuk Redmi 1S seperti halnya casing. Baterai gendong alias powerbank Xiaomi yang murah meriah itu pun akan tersedia pula. Dan yang paling saya tunggu, Mi-Band, activity tracker murah meriah ini akan segera hadir di pasar Indonesia. Artinya, Xiaomi cukup serius untuk berjualan di Indonesia.

Terakhir, untuk menunjukkan keseriusan Xiaomi di pasar Indonesia, Hugo juga menjamin akan "membersihkan" pasar Indonesia dari produk-produk Xiaomi palsu alias barang KW. Sehingga pembeli nantinya tak perlu terkecoh dengan kualitas buruk dari barang tiruan.

Selamat datang di Indonesia, Xiaomi!