Walaupun manusia adalah makhluk sempurna, tapi perlu kita sadari bahwa tak ada yang sempurna di dunia ini. Pesimis? Jangan. Bukan berarti kita tak bisa menjadi manusia yang lebih baik kan? Walaupun tak ada yang sempurna, tapi kita bisa menjadi orang yang lebih baik daripada kita sebelumnya.

Hidup dengan banyak kebiasaan positif tentunya bisa membuat kita menjadi lebih baik. Tapi, memulai sesuatu yang positif itu seringkali banyak tantangan dan hambatannya. Padahal dalam hati kecil tak kita pungkiri bahwa suatu kebiasaan positif itu baik. Namun kita sering mencari alasan, pembenaran, justifikasi, ataupun pembelaan ketika kita tak melakukan hal itu. Aneh ya? Tapi ini sering terjadi. Kita sadar tentang suatu hal positif, tapi kita belum mau melakukannya. Menunda-nunda.

There's always a reason (not) to do.

Dulu, saya termasuk orang yang jarang (hampir bisa dibilang tidak pernah) berolah raga. Paling malas mungkin. Padahal saya tahu dan sadar benar, kesehatan itu penting, dan olahraga merupakan salah satu komponen utama dalam kesehatan. Tapi selalu punya alasan untuk tidak berolahraga, atau sekedar menunda. Ketika kondisi kesehatan sudah mulai tak terkendali, saya mencoba untuk memaksakan diri berolah raga di akhir 2009. Saya pilih untuk berlari.

Di tahun 2010, saya punya resolusi untuk rutin berlari. Alhamdulillah tercapai dengan banyak metode "motivasi". Salah satunya dengan berbelanja perlengkapan lari yang lumayan menguras dompet. Termasuk sepatu. Tapi, saya jadikan semua belanjaan itu sebagai investasi untuk motivasi. Ya, untuk mendapatkan manfaat optimal dari belanjaan itu semua, tentunya saya wajib untuk rajin berolahraga. Pemanfaatan aset secara maksimal. Atau dalam bahasa bisnis, high return on investment.

There's always a first time for everything

Memulai adalah salah satu hal yang sulit. Karena kita belum punya pengalaman sebelumnya dalam melakukan hal. Selalu ada yang pertama kali untuk setiap hal. Tak hanya kali pertama. Memulai kembali hal yang sudah lama tak dilakukan pun sama beratnya. Ini karena kita belum mendapatkan ritmenya. Not on the pace yet. Untuk itu, kesadaran untuk memulai hal kebiasaan positif saja tak cukup, harus ada niat yang kuat dari dalam diri sendiri.

Percayalah bahwa Anda bisa melakukan hal tersebut. Karena rasa percaya diri selain memberikan aura positif, juga memberikan "energi" tambahan ketika melakukan sesuatu yang baru. Apalagi kalau hal tersebut ternyata merupakan hasrat terpendam Anda selama ini. Kenapa mesti takut kan? Bukankah hal itu adalah yang diinginkan selama ini? Anda tidak boleh takut gagal kalau tidak takut berhasil. Karena, gagal itu adalah hal biasa, dan Anda bisa jadi luar biasa kalau berani bangkit dari kegagalan dan mencoba lagi untuk berhasil.

Do it with passion, and unleash your potentials.

Rasa percaya diri juga bisa tumbuh dari penampilan. Anda mungkin tidak setuju, tapi percayalah, orang-orang juga akan melihat penampilan Anda. Penampilan yang baik memberi kesan positif bagi yang melihat, dan orang yang melihat akan bereaksi positif pula pada Anda. Ini akan meningkatkan rasa percaya diri.

Tak salah kalau Nivea Men mengadakan workshop motivasi, inspirasi, dan berpenampilan baik dengan menggandeng Billy Boen, Pandji, dan Chef William. Para pemuda yang berhasil memulai sesuatu hal positif dan berlari mengejar mimpinya.

Chef William misalnya, berani mengambil keputusan di usianya yang masih terbilang muda untuk menghentikan studi di manajemen bisnis demi totalitas dalam mengejar passion di bidang kuliner. Ekstrim! Tapi memang kalau hanya setengah-setengah, hasil yang didapat juga tak akan pernah maksimal. Walaupun ternyata  ia tak lolos dalam satu musim audisi Master Chef. Tapi, di musim berikutnya dia berhasil lolos bukan hanya karena bakal dan kemampuannya saja, tapi melainkan karena dinilai juga memiliki keberanian dan totalitas untuk mengejar passion. Bahkan, yang lebih menarik, William berhasil menginspirasi kakaknya untuk meninggalkan profesinya di korporasi yang sudah mapan saat itu untuk membanting setir guna mengejar passion-nya.

Pandji pun menguatkan bahwa passion itu memang harus dikejar. Siapa yang menyangka komedian ini semasa kecilnya adalah orang yang gagap? Tapi demi mengejar cita-citanya untuk menjadi penyiar dan pembawa acara, ia terus berusaha. Bahkan, sekarang menjadi seorang komentator sepakbola. Profesi yang dianggap tak mungkin kalau kita melihat kondisinya saat kecil dulu.

Billy? Berhasil menduduki posisi manajemen atas di usia muda tak lepas dari passion-nya di bidang manajemen pemasaran sejak kecil. Sebuah kado berupa sepatu olahraga ternama yang membuatnya bertanya-tanya: kenapa sepatu ini bisa lebih berharga daripada sepatu lain? Hingga akhirnya dia menekuni dunia manajemen dengan total. Usahanya berbuah manis.

It starts with you!

Semua memang bermula dari diri sendiri. Dengan niat yang kuat, tak ada yang menyangka saya bisa rajin berlari seperti saat ini, mengingat profil saya dulu yang tak pernah berolahraga. Pun, hanya diri kita sendiri yang bisa menjaga kebiasaan positif ini. Kalau bukan untuk diri sendiri, olahraga akan jadi trend sesaat kalau hanya sekedar ikut-ikutan.

If you have a body, you are an athlete.

Hingga akhirnya, siapa yang bakal menyangka saya sudah melakukan kebiasaan berlari selama lebih dari 4 tahun dengan jarak tempuh lebih dari 1.700 km? Tak ada. Bahkan, tak sedikit yang pesimis melihat saya di awal memulai kebiasaan sehat ini. Tapi, siapa lagi yang bisa membuktikan bahwa mereka salah kalau bukan diri saya sendiri? Ya, benar kata Bill Bowerman, walaupun tak mengikuti ajang kompetisi olahraga, kita juga bisa menjadi atlet.

Better late than never.

Satu lagi yang biasanya membuat urung dan mundur adalah karena merasa terlambat. Kini, teman-teman lama saya banyak yang heran. Sewaktu SMP dulu, saya adalah yang paling terakhir finish ketika ujian mata pelajaran olah raga: lomba lari 3 km. Saya masih ingat catatan waktu saya di angka 35 menit. Tapi sekarang saya berhasil memangkas hingga angka 18 menit. Separuhnya! Dan dari seluruh teman sekelas SMP itu, baru saya yang berhasil menamatkan half-marathon. Bahkan teman yang dulunya perwakilan sekolah untuk POPDA (Pekan Olahraga Pelajar Daerah) cabang atletik pun belum ada yang berhasil (atau belum mau?) menamatkan half-marathon. Mungkin guru olahraga SMP saya pun akan terkejut kalau tahu. Hehehe.

Terlambat kah saya? Kalau saya selalu berpikir saya terlambat untuk memulai. Mungkin seumur hidup saya pun saya tidak akan pernah menamatkan lomba lari walau hanya sekedar 10K. Tak ada kata terlambat untuk hal yang baik.

Siap untuk memulai hal positif baru?