Selepas menamatkan half-marathon di penghujung 2012, di tahun 2013 ini saya tak banyak ikut perlombaan. Bahkan saya harus melatih lagi kecepatan untuk jarak menengah setelah setahun fokus berlatih untuk jarak jauh.

Sebelasthlon menjadi lomba yang pertama kali saya ikuti di tahun ini. Sebelasthlon ini cukup unik, kombinasi dari sebelas nomor olahraga, yang dilaksanakan Minggu (02/06) kemarin. Sebelasthlon ini sendiri merupakan lomba yang diadakan oleh Aquarius dalam rangka perkenalan produknya ke pasar Indonesia. Katanya, di Jepang minuman isotonik ini sudah diluncurkan sejak 1982. Ya saya kurang tahu, selain belum pernah ke Jepang, juga saya belum lahir pada tahun itu. #eh

Pendaftaran bisa dilakukan secara daring tanpa dipungut biaya, alias gratis. Sepenuhnya disponsori oleh produk dari The Coca-Cola Company ini. Walaupun gratis, bukan berarti ini gelaran lomba murahan. Sebelum lomba dilakukan, seluruh peserta diwajibkan untuk mengikuti rapat teknis (technical meeting) seminggu sebelumnya (juga ada 2-3 hari sebelum lomba). Saya sendiri ikut rapat teknis seminggu sebelum lomba (25/05) di GOR Bulungan.

Dalam rapat teknis ini, setelah verifikasi ulang data peserta, peserta diharuskan untuk melalui pemeriksaan kesehatan. Sekedar cek tekanan darah, tapi ini penting. Tak banyak penyelenggara lomba yang mengadakan ini. Kata petugas pemeriksanya, tekanan darah saya sangat ideal. Alhamdulillah, masih diberikan rezeki kesehatan. Tentunya diperbolehkan ikut lomba dong.

Setelah periksa kesehatan, dilanjutkan ke penjelasan lomba. Peserta dijelaskan tentang tiap-tiap olahraga, termasuk kewajiban dan pantangan bagi peserta. Termasuk himbauan untuk tidak mengenakan aksesoris yang berlebihan saat lomba. Penting. Dan dilanjutkan dengan pemberian nomor dada (bib). Saya awalnya dapat nomor 0645, tapi karena saya tidak suka angka ganjil, saya minta tukar, dan dikasih 0648

Nomor dada ini juga dilengkapi dengan RFID! Juga bisa dihubungkan dengan akun social media. Keren ya? Selain itu, tentunya dapat kaos yang wajib digunakan saat berlomba, plus handuk. Berikut isi racepack-nya.

Nah, itu nomor dada pake tali-talian gitu. Untuk saya pribadi, ini malah ribet dan mengganggu. Padahal lebih mudah bagi panitia untuk menyediakan peniti. Ya, saat berlomba saya pakai peniti. Karena mengikat nomor dada dengan tali seperti celemek ini mengganggu akses ke Spibelt yang saya pakai untuk menyimpan iPhone. Sementara kaosnya diklaim dibuat dari hasil daur ulang botol plastik. Awalnya saya pikir tidak akan nyaman digunakan, terlebih saya terbiasa menggunakan kaos lari berbahan khusus. Tapi, ternyata tidak begitu masalah saat berlomba.

Lombanya sendiri dilaksanakan dari Lapangan D Senayan. Sementara peserta terbagi atas 3 kategori: Sportsman, Casual Sportsman, dan Internal Coca-Cola. Untuk sportsman dan casual, perbedaan ada di jarak lari (5 km dan 3,5 km) dan tantangan monkey bar (3 m dan 1,65 m). Sementara untuk kategori internal, tentunya tidak untuk umum. Saya sendiri ambil kategori casual karena takut dengan monkey bar.

Sayangnya hujan turun sehari sebelum lomba, sehingga lintasan atletik di Lapangan D jadi becek. Bukan soal kotor lumpur, tetapi memang mengganggu kinerja dalam berlari. Untuk rutenya bisa di lihat di gambar berikut.

Untuk rute lomba larinya seharusnya tidak ada masalah. Hanya saja, karena ada keramaian dan jalur tidak steril, maka jalur lari sungguh tidak kondusif. Terlebih tidak banyak petugas (race marshall) yang menjaga lintasan. Bahkan, saya terpaksa menjadi marshall dadakan untuk membantu partisipan lain agar bisa berlari dengan lebih nyaman. Sebagai marshall berpengalaman untuk IndoRunners, terkadang naluri mendorong refleks, padahal saya cuma peserta biasa. Untuk penanda jarak, di KM 1 terlihat baik. Walaupun di Nike+ Sportwatch saya menunjukkan 1.19km, tapi ini bisa ditoleransi. Nah, penanda jarak berikutnya? Entah apa kabarnya.

Namun, untuk water station perlu diacungi jempol. Ada dua water station yang saya temui: di KM 2, dan saat masuk kembali ke Lapangan D (KM 3.8). Tentunya berisi Aquarius, air minum isotonik yang baik untuk rehidrasi setelah berkeringat. Rasanya pun tidak asam, tidak bikin haus. Penyelenggara pun tidak malas: air minum disediakan dalam gelas plastik, sehingga peserta tidak perlu repot membuka botol.

Kurang lebih 3,5 km berlari, tantangan berikutnya dimulai: jalan cepat. Ya tidak masalah, bisa dianggap sebagai istirahat juga. Setelah itu kembali memasuki Lapangan D. Dilanjutkan dengan lari halang rintang yang dilanjutkan dengan lari mundur. Untuk halang rintang ini, saya gagal karena kaki menyentuh penghalang dan menjatuhkannya.

Tantangan kelima adalah balok titian. Hal yang gampang sebenarnya, tapi jadi susah ketika dalam kondisi kelelahan. Setelah itu dilanjutkan dengan hiking: memanjat dan menuruni balok rintangan. Lari sprint 100 meter jadi tantangan ketujuh, tentunya bisa dilewati dengan baik. Tantangan kedelapan saya jalani dengan hati-hati, tire path. Karena terakhir kali saya melewati ini berakhir dengan kaki terkilir karena sepatu yang tersangkut di bibir ban.

Dan, here we go, monkey bar! Entah kenapa tantangan ini yang selalu menjadi momok bagi para pelari. Hahaha. Ya, saya hanya berhasil melewati 1 meter. Dilanjutkan dengan merayap ala tentara. Penyelenggara cukup baik dengan memberikan karpet sebagai alas, sehingga peserta tidak terkotori oleh tanah yang basah. Tapi, karena karpet itu kasar, maka lumayan untuk peserta yang menggunakan celana pendek seperti saya. Lutut tergesek karpet

Tantangan kesebelas adalah lari sambil membawa ban. Untungnya ukuran ban tidak besar, jadi tidak berat. Umumnya peserta membawa dengan satu tangan atau diletakkan di pundak. Tapi saya membawa dengan dua tangan di atas kepala, tentunya terasa lebih ringan

Saya berhasil menamatkan Sebelasthlon dengan catatan waktu 39:50. Tentunya dengan gagal pada dua tantangan: lari halang rintang dan monkey bar. Tim juri cukup ketat, sekali gagal melewati tantangan langsung didiskualifikasi, tidak diberikan kesempatan untuk mengulang. Tapi, saya tetap mendapatkan medali penamat. Atau mungkin lebih tepat sebagai souvenir ya?

Pastinya semua peserta mendapatkan hidrasi yang cukup setelah berlomba. Pasca perlombaan, masih banyak kegiatan menarik di seputaran acara sebelasthlon ini. Ada beberapa booth dari pihak sponsor dan komunitas gaya hidup sehat seperti IndoRunners dan Bike To Work. Juga ada games dan aktivitas "senam sehat" yang dipimpin oleh teman-teman dari Fitness First.

Kesimpulan secara umum, gelaran sudah dilaksanakan dengan baik. Tapi memang banyak ruang untuk peningkatan di masa berikutnya. Apalagi kalau mau berkualitas lomba profesional. Terutama untuk sterilisasi jalur lomba. Harapan saya, semoga Aquarius bisa menjadi penyedia minuman untuk lomba-lomba lari berikutnya di Indonesia. Dan, mudah-mudahan ada Sebelasthlon 2014 yang diselenggarakan dengan lebih baik

Apakah Anda sudah mencoba Aquarius? Atau, kemarin Anda juga ikutan Sebelasthlon?