Tahun lalu saya kembali mengikuti gelaran Standard-Chartered Marathon Singapore (SCMS) 2012. Setelah menamatkan kategori 10K di tahun 2011, dan juga melakukan simulasi half-marathon sebulan setelahnya, saya berkeinginan untuk menamatkan half-marathon pertama saya di gelaran yang sama tahun 2012.

Seperti hal-nya tahun lalu pembayaran registrasi akan melalui PayPal selaku sponsor resmi lomba. Berhubung saat pendaftaran dibuka saya tidak memiliki saldo yang cukup untuk mendaftar, dan juga tidak memiliki kartu kredit, maka urusan pendaftaran ini sedikit menjadi rumit. Padahal peserta lomba tahun sebelumnya berhak atas diskon 20% untuk biaya pendaftaran. Jadi, kalau masih bisa mengejar tarif early bird 50 SGD (10K) atau 58 SGD (21K), cukup membayar 40 SGD atau 46.40 SGD saja.

Berita baiknya, di tahun 2012 IAAF meningkatkan sertifikasi lomba SCMS dari yang sebelumnya silver-label, menjadi gold-label. Konsekuensinya, jumlah peserta semakin dibatasi demi kenyamanan saat berlomba. Belum sempat saya mencari pinjaman kartu kredit ataupun saldo PayPal, hanya dalam 6 hari slot kuota 10.000 bib half-marathon sudah habis terjual!

Pasrah. Saya pikir, saya akan membatalkan lomba tahun 2012 ini, dan mencoba lagi tahun 2013 untuk half-marathon. Bisa jadi half-marathon pertama akan saya lakukan di Bali Marathon 2013 saja. No Singapore this year. Walau pada akhirnya saya menamatkan lomba half-marathon resmi saya di SCHMI 2012 awal November kemarin.

Namun, ternyata Lia yang tahun lalu menyusul saya untuk menonton lomba, kali ini berkeinginan kuat untuk menjadi penamat lomba SCMS 2012 dengan kategori 10K. Terus, saya ikut ke Singapura hanya untuk menonton SCMS? Dengan biaya transportasi, akomodasi, dan konsumsi yang tidak sedikit, tentunya lebih baik saya menyisihkan 40 SGD untuk ikut meramaikan 10K selain juga mendapatkan race shirt dan finisher medal. Yap, akhirnya ikut 10K saja!

Ah, baru ingat. Catatan waktu 10K terbaik saya ada di SCMS 2011. Jadi, saya harus lebih cepat lagi kali ini. Jadi beban memang. Apalagi 10K di SCMS itu tidak presisi 10 km, melainkan ada tambahan 250 meter.

Kamis (29/11) pagi, kurang lebih 3x24 jam menjelang lomba, Fachri Soemarto, salah seorang rekan dari IndoRunners mengirimkan pesan. Beliau menawarkan bib 21K untuk ditukar dengan bib 10K yang saya punya. Karena alasan medis (cidera) ia ingin mengurangi jarak lomba. Oke, saya pikir ini kesempatan untuk menamatkan 21K di SCMS!

Hingga akhirnya saya sadar, saya sama sekali belum mempersiapkan diri untuk half-marathon. Setelah SCHMI, bahkan saya tidak pernah berlari lebih dari 10 km. Tapi ya sudahlah. Modal nekat. Saya pikir, jika awal November kemarin mampu menamatkan 21K, maka awal Desember juga bisa. Sugesti. Saya dan Fachri pun saling bertukar kontak dan membuat rencana untuk penukaran bib setelah pengambilan paket lomba (race entry pack collection, REPC) di Singapore Expo nanti.

Sabtu (01/12) saya berangkat dengan penerbangan pagi langsung menuju Singapura. Seperti halnya tahun lalu, bisa diduga, tak sedikit partisipan SCMS 2012 yang terbang bersama. Dan, ternyata Fachri pun satu penerbangan. Sehingga tak perlu lagi janjian untuk tukar bib, karena setelah mendarat di Changi, kami bersama teman-teman pelari lainnya pun menuju pengambilan paket lomba bersama-sama di Singapore Expo.

Berbeda dengan REPC tahun sebelumnya yang diadakan di Marina Bay Sands Expo, tahun ini dilaksanakan di Singapore Expo yang tidak jauh dari Changi, satu kali pemberhentian MRT. Tapi masih sama seperti tahun sebelumnya, selain pengambilan paket lomba, juga ada "so-called obral" perlengkapan lari dan olahraga lainnya. Walaupun sepertinya gak murah-murah banget sih. Tapi saya pun tergoda untuk membeli topi 2XU.

Setelah bertukar bib dengan Fachri, saya pun meninggalkan Singapore Expo untuk makan siang dan meletakkan barang-barang bawaan di hostel.

Malam menjelang lomba, teman-teman dari IndoRunners sudah janjian untuk so-called-carbo-loading-bareng di daerah Orchard. Terpilihlah salah satu gerai chicken rice di Lucky Plaza sebagai tempat berkumpul dan makan. Asep Hadian, perwakilan dari League pun membagikan beberapa kaos t-shirt IndoRunners untuk kami gunakan saat berlomba keesokannya. Saya sendiri sudah seminggu menggunakan purwarupa (prototype) sepatu League Z-Grav yang diproduksi khusus untuk Singapore Marathon 2012. Terima kasih, League!

Race day!

Karena ini bukan kali pertama ikut Singapore Marathon, tentunya saya sudah lebih baik dalam persiapan. Hingga saya melupakan satu hal: persiapan menuju garis start. Ya, saya belum meninjau rute dan lokasi start untuk half-marathon di Sentosa Bridge! Terpaksa saya pergi meninggalkan hostel sekitar pukul 4.30 SGT dengan bermodalkan rute MRT menuju Harbourfront. Setelah tiba di Harbourfront? Ikut arus pelari yang lain saja! Hahahaha...

Start-nya saja di Sentosa Bridge, dan lebih dari 9 kilometer rute lomba adalah di Pulau Sentosa. Yup, free access to Siloso Beach. But, running. Lebih seru lagi, setelah melewati penanda KM5, rute lari di dalam Universal Studio Singapore! Another free access. Woohooo!

Dan untuk pertama kalinya saya mampir ke toilet saat berlomba. Biasanya, saya tidak pernah minum secara berlebihan, baik sebelum atau sepanjang lomba. Sehingga tidak ada kelebihan hidrasi yang menyebabkan saya harus buang air. Tapi, entah kenapa di lomba kali ini, bahkan sebelum tiba di water station, saya harus mampir ke toilet. Padahal beberapa saat sebelum lomba dimulai, saya sudah buang air. Untungnya rute di Pantai Siloso terdapat banyak toilet umum.

Siapa yang tidak rela kehilangan waktu beberapa menit di KM 7 demi Bumblebee?

Untuk berpose dengan Bumblebee, saya harus antri di belakang sekitar 8 orang. Saya termasuk yang terlambat tiba di wahana Transformers Ride. Menurut info dari Thalia yang tiba lebih dulu, selain Bumblebee juga ada Optimus Prime yang kemudian harus kembali ke "garasi" karena alasan teknis.

Saya sebenarnya ingin foto bersama Elmo juga, tapi saya urungkan karena antriannya jauh lebih panjang!

Tapi setelah menikmati keceriaan Sentosa Island dan Universal Studio (yang sebenarnya mirip-mirip Ancol dan Dufan dalam skala kecil), di KM 9 perjuangan di mulai. Untuk keluar dari Pulau Sentosa, peserta 21K harus turun memasuki basement dan melewati terowongan (tunnel) yang cukup panjang, gerah, dan pengap. Ya, karena jalur ini sejatinya untuk mobil.

Tak ayal, para pelari akan kehilangan sinyal GPS. Termasuk Nike+ SportWatch yang saya pakai. Untungnya saya juga menggunakan shoe-pod, sehingga jarak tetap tercatat dengan baik hingga perlombaan selesai. Toh yang lebih penting adalah pemantauan detak jantung.

End of the tunnel. Tampak secercah cahaya terang di ujung terowongan. Diikuti dengan hembusan angin pantai yang segar. Menjadi kabar gembira untuk pelari yang cukup lama "terperangkap" di bawah tanah. Namun, karena berada di bawah permukaan laut dan menuju ke jembatan untuk menyeberang ke Pulau Singapura, tanjakan pun tak bisa dihindari. Belum lagi jalur yang disediakan untuk lomba di jembatan lebarnya hanya sekitar 3 meter saja. Crowded!

Nike+ SportWatch pun tetap tidak lagi mau menerima sinyal GPS dari satelit. Penerima sinyal GPS sudah non-aktif. Alhasil, Nike+ menganggap saya hanya berlari di Sentosa saja. Mungkin karena terlalu lama berada di bawah tanah tanpa sinyal GPS, SportWatch mematikan penerimaan GPS. Sehingga, sejak KM 9, rute tak lagi dicatat oleh SportWatch.

Setelah menyeberangi Jembatan Sentosa, pelari disambut dengan water station yang juga menyediakan jel nutrisi (nutrition gel), Shotz. Sebelumnya, saya belum pernah mengkonsumsi jel nutrisi. Jadi belum tahu apakah cocok atau tidak dengan tubuh. Namun dengan pertimbangan bahwa sebelum lomba saya lupa sarapan pisang, maka saya putuskan untuk mengkonsumsi Shotz untuk menutrisi tubuh di sisa 11 kilometer lagi. Saya ambil satu untuk dikonsumsi. Ternyata bener, jel nutrisi bikin mulut dan tenggorokan jadi seret. Hahahaha...

Tak lupa, saya manfaatkan checkpoint ini untuk mengisi ulang botol Fuelbelt dengan air mineral dan 100 Plus dari water station. Namun, saya lupa untuk mengambil 1 lagi Shotz untuk perbekalan di sisa lomba. Padahal saya tahu bahwa Shotz hanya disediakan di satu titik ini saja.

Selepas "titik peristirahatan" petualangan pun dimulai. Diawali dengan mendaki ramp untuk naik ke Nicoll Highway. Lalu menyusuri jalan layang tol yang lurus, tanpa pemandangan, dan tentunya tanpa pohon yang rindang. Matahari mulai bersinar dengan gagahnya dengan langit yang bersih tanpa awan. Bahkan di ruas jalan yang lain, mobil masih berlalu lalang dengan kencangnya. Tak jarang udara turbulensi kendaraan tersebut menampar pipi. Menjadi 6 kilometer yang berat untuk dilewati.

Memasuki KM18, pelari sudah turun dari Nicoll Highway, disambut dengan pepohonan yang rindang juga diteduhi oleh bayangan dari gedung-gedung tinggi. Tak jauh setelah itu, peserta 21K bergabung dengan peserta 10K dan 42K. Artinya, tak jauh lagi lomba akan usai.

Masih sama seperti tahun lalu, garis finish berada di The Padang, di depan City Hall. Hanya saja karena kali ini saya berpartisipasi dalam kategori 21K, maka harus mengambil jalur tengah. Hingga akhirnya, finisher medal 21K singapore marathon didapatkan juga dengan catatan waktu 3:08:56 (gun time) atau 3:07:57 (chip time). Menjadi penamat dengan urutan ke-4621 dari 7476 peserta yang berhasil mencapai finish. Memang cukup jauh dari target awal saya, 2:59:59. Tapi mengingat kondisi jalur yang padat dan "mampir" di Universal Studio, sepertinya dapat dimaklumi. Toh, cut-off time resmi adalah 4 jam.

Walaupun untuk tahun ini peserta 21K dikurangi kuotanya dari 20.000 bibs menjadi hanya 10.000 bibs, tetap saja dengan beberapa penyempitan jalur (bottle neck) membuat lomba lari ini cukup crowded. Saya start sekitar 50 meter di belakang garis, dan kalau dilihat dari selisih gun time dan chip time, berarti butuh waktu lebih dari 1 menit untuk mencapai garis start. Ramai!

Bagaimana dengan lutut yang pernah cidera? Alhamdulillah aman dan tidak ada masalah. Walaupun memang saya menggunakan knee support sepanjang lomba. Lalu, bagaimana dengan sepatu purwarupa League Z-Grav? Berhasil mengantarkan saya menamatkan 21K tanpa cidera. Empuk. Sepatu half-marathon berijazah! Mungkin nanti perlu saya ulas juga di blog ini. Tak hanya saya, beberapa teman pun penggunakan sepatu yang saya untuk 21K dan 42K.

Yang baru di Singapore Marathon 2012 adalah integrasi dengan RTRT (real-time race tracker). Sehingga para pelomba dapat mendaftarkan akun twitter dan facebooknya untuk otomatisasi tweet dan update status. Jadi ketika pelari melewati garis start, checkpoint, dan finish, RTRT akan meng-update status facebook (dan mengirimkan tweet) progres lari. Plus, estimasi waktu finish (ketika melewati checkpoint). Sehingga, untuk yang datang untuk menemani (tapi tidak ikut berlomba) dapat memprediksi kapan pelari tersebut akan menyelesaikan lombanya.

Bagaimana setelah lomba? Saya masih sanggup berjalan ke Raffles City untuk makan, dan melanjutkan perjalanan pulang dengan MRT tanpa masalah. Setelah sampai di hostel dan mandi, saya pun terkapar di kasur hingga sore menjelang. Hahahaha...

Cukup untuk half-marathon. Tahun 2013 ini saya hanya akan meramaikan lomba di kategori 5K dan 10K saja.

—Adham Somantrie.