Di era informasi dan telekomunikasi saat ini, nomor telepon dan alamat email adalah salah satu identitas penting yang kita gunakan. Ya, seiring gaya hidup urban dan musafir (mobile), alamat fisik menjadi tidak relevan lagi. Di samping itu, ada juga informasi kontak lain: nomor identifikasi pribadi (PIN) layanan BlackBerry, atau identitas layanan Yahoo!.

Dalam industri telekomunikasi, identitas yang kita sorot dalam beberapa tahun belakangan ini adalah nomor telepon. Bagi sekelompok orang, mengubah nomor teleponnya berarti malapetaka besar: orang tersebut harus menginformasikan perubahan itu ke seluruh kerabatnya, dan itu bukanlah yang yang gampang.

Namun, ada beberapa hal yang memaksa kita untuk merubah nomor telepon. Misalnya kita kehilangan ponsel ataupun hanya kartu SIM-nya saja. Namun dengan adanya pendaftaran pengguna prabayar, sekarang sudah mungkin untuk menerbitkan kartu SIM baru dengan nomor yang sama. Alasan yang paling utama adalah, keadaan yang memaksa orang untuk tidak menggunakan kartu SIM itu lagi: pindah penyedia layanan telekomunikasi, atau pindah ke lokasi lain (luar negeri atau luar kota).

Untuk pengguna layanan telepon yang berbasis area kota (fixed wireless), karena nomor teleponnya menggunakan kode area, sehingga jika digunakan di kota lain harus mengubah nomor teleponnya. Untuk para musafir yang tidak menetap di satu kota, tentu saja tidak bisa memiliki sebuah nomor telepon sebagai "identitas yang absolut". Mungkin solusi bagi para musafir ini adalah dengan menggunakan layanan telepon seluler yang bisa aktif secara nasional.

Jika nomor telepon seluler ini telah menjadi sebuah identitas bagi seseorang. Artinya, orang itu akan terus mempertahankan nomor tersebut selama memungkinkan bagi dirinya. Ini menjadi sebuah keuntungan bagi penyedia layanan telepon seluler (operator), karena orang-orang seperti ini akan menjadi pelanggan yang setia. Tentu saja, selama di Indonesia belum diberlakukan number portability yang memungkinkan orang untuk menggunakan nomor telepon yang sama walaupun berpindah operator.

Agnes BlackBerry

Namun, sejak era internet musafir (mobile internet) meledak, nomor telepon hampir tidak diacuhkan lagi. Kalah populer secara fungsi oleh identitas lain: twitter ID, BB PIN, alamat email, Yahoo! ID, dan sebagainya. Artinya, orang dapat berpindah operator layanan internet musafir tanpa perlu takut identitasnya berubah. Coba ingat slogan salah satu iklan operator: "Pindah sekarang juga, PIN BB-mu tetap sama".

Apalagi bagi para pengguna internet musafir yang aktif, komunikasi tradisional telepon dan SMS jauh berkurang, bahkan mendekati nol.

Sehingga, alasan orang untuk berpindah layanan semakin kuat jika ternyata layanan dari penyedia yang digunakannya tidak memuaskan. Tidak ada lagi alasan menggunakan operator A karena keluarga dan teman-temannya banyak menggunakan operator A sehingga biaya telepon dan SMS bisa lebih murah karena sesama operator.

Bagi operator, fenomena ini tentu berpotensi buruk. Akan banyak pengguna layanan yang menjadi "kutu loncat", berganti-ganti operator sesukanya karena para kutu ini tidak peduli terhadap nomor telepon mereka selama identitas internet mereka masih tetap sama. Operator kehilangan daya ikat mereka.

Namun tentunya, kita belum bisa lepas 100% dari komunikasi tradisional seperti telepon dan SMS. Sehingga bagi beberapa orang (atau dalam kasus tertentu), nomor telepon masih menjadi identitas utama. Apalagi mengingat kualitas layanan internet musafir di Indonesia belum memuaskan.

Adham Somantrie, ST.