Beberapa hari ini di ranah jejaring sosial marak berita mengenai seorang motivator. Bahkan hingga ke layar televisi. Tweet atau pendapat dari beliau bisa dibilang cukup kontroversial. Cukup kontroversial, karena banyak pendapat lain yang kontra. Juga tidak sedikit pendapat yang pro.

Beliau bisa dibilang bukanlah seorang motivator kecil. Pemikiran dan filosofi beliau bahkan menjadi sebuah "jalan hidup", yang beliau klaim sebagai "jalan hidup emas". Juga tidak sedikit "umat"-nya yang mengikuti jejak jalan hidup ini.

Memang aksidental. Mengikuti perkembangan zaman, beliau pun merambah dunia maya. Termasuk twitter yang sedang marak di Indonesia. Pemikirannya pun dipublikasikan di akun twitter-nya. Namun, seperti kata pepatah, everybody is unique person, tidak ada manusia yang sama. Termasuk pola pikir dan pendapat pribadi.

Secara pribadi, saya tidak menentang pendapat beliau yang kontroversial tersebut. Adalah hal yang sah dan wajar jika seseorang memiliki pendapat yang berbeda. Ini adalah hak asasi yang juga termaktub dalam UUD 1945. Kemerdekaan untuk berpendapat.

Mirip dengan kasus Luna Maya yang tersandung twitter beberapa saat lalu. Sang motivator ini juga menuai tweet protes dari beberapa pihak yang tidak sependapat dengan beliau. Dan, mirip juga dengan Luna Maya, motivator ini menghapus tweet-nya.

Sang motivator menghapus tweet-nya. Beliau menutupi kesalahannya. Beliau secara tidak langsung "tidak mengakui pernyataannya sendiri". Apakah beliau masih layak dianggap sebagai motivator super?

Alangkah lebih baik jika sang motivator ini tidak melakukan sebuah langkah "cemen" dengan menyerah di ranah twitter seperti ini. Memang relatif mengenai "cemen" ini. Mungkin ada orang lain yang melakukan hal yang sama. Tetapi beliau adalah motivator, yang umumnya memiliki pemikiran dan filosofi yang lebih matang.

Tidak ada manusia yang sempurna. Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan. Namun semua tidak dinilai dari kesalahan manusia, tetapi bagaimana manusia itu mempertanggungjawabkan kesalahannya. Bukan malah lari dari kenyataan dengan tidak bertanggung jawab atas kesalahannya itu. Wow, super sekali! eh...

Seperti sebuah wejangan yang didapat oleh Tika.

"Nduk, jangan lelah menjelajahi hidupmu yo..
Jangan bosan mencobai setiap kemungkinan yg ada, nduk..
Jangan takut salah, jangan takut disalahkan..
Tapi kalo memang kamu salah, Nduk, jangan pernah keberatan untuk meminta maaf.."

Salam super! eh?

— Adham Somantrie.