Beberapa tahun belakangan, saya telah meninggalkan salah satu hobi saya saat kecil, yakni membaca (buku). Namun sejak SMU dan kuliah (tahun 2000-an) kebiasaan saya ini berkurang dan terus berkurang hingga akhirnya hilang. Kegiatan perluasan wawasan dan aktualisasi informasi lebih banyak saya lakukan di depan komputer: dengan internet lebih interaktif!

Namun buku tetap memberikan pengalaman yang berbeda. Termasuk buku elektronik (e-book, electronic book). Akan tetapi, saya mungkin masih termasuk generasi konservatif, generasi yang lebih menyenangi membaca tulisan (ataupun gambar) dari buku kertas daripada dari layar komputer: buku elektronik — sekalipun itu Apple Cinema Display.

Tidak percaya? Tanyakan pada Diki.

Memang dalam beberapa tahun terakhir saya selalu membeli majalah sebagai bahan bacaan, bahkan sempat berlangganan untuk beberapa tahun. Adalah majalah Concept dan MacWorld Indonesia yang saya pilih sebagai bahan bacaan. Saya rasa, kedua majalah tersebut cukup seimbang untuk kedua belah otak saya: kiri dan kanan, walaupun tampak lebih berat ke kanan

Pertama kali saya kembali tertarik membaca buku adalah karena buku The Da Vinci Code, yang saya temukan di kamar teman saya: Ridho. Bahkan, saya duluan yang menuntaskan buku tersebut daripada sang pemilik Setelah itu, saya pun membeli ketiga buku lainnya.

Digital Fortress, banyak berhubungan dengan dunia komputer dan kriptografi. Saya beli pada pertengahan 2006, niatnya untuk mengisi waktu senggang di kala kerja praktek. Namun ternyata buku tersebut saya tuntaskan sebelum memasuki minggu kedua kerja praktek. Pada akhir 2006, saya lanjutkan dengan Angels and Demons. Dan beberapa bulan kemudian — awal 2007 — saya lengkapi dengan Deception Point.

Memang, buku-buku Dan Brown sesuai dengan selera saya. Keempat novel yang saya baca tersebut adalah versi terjemahan. Hanya buku Da Vinci Code yang tidak saya beli: untuk apa saya membeli buku yang sudah saya baca?

Ah, ternyata memang beda antara sekedar membaca, dengan memiliki dan membaca. Bagi saya, beberapa buku yang menyandang predikat "patut dimiliki" (must have) ataupun "untuk dikoleksi" (collectibe items), memang lah harus dimiliki. Dan lebih baik lagi jika yang kita punya itu adalah edisi khusus. Saya baru terpikir, untuk itulah ada buku yang dijual dalam versi khusus seperti hard cover ataupun illustrated.

Namun sekarang saya tidak dapat lagi menemukan buku Da Vinci Code edisi berilustrasi — bahkan versi lainnya — di toko buku. Dan, saya belum cukup gila untuk membeli ketiga buku lainnya dalam versi hard-cover (dengan isi yang sama!).

Selain novel, saya pun mencoba bernostalgia dengan membeli Tin-Tin : Petualangan di Tanah Sovyet. Seingat saya, saat saya kecil, buku Tin-Tin ini berukuran A4 dengan penuh warna untuk versi Bahasa Indonesia. Namun kini versi Bahasa Indonesianya berukuran lebih kecil (B4?) dan hitam-putih.

Atau mungkin jika Diki berniat meluncurkan chickenstrip edisi cetak, saya akan melakukan pre-order dan menghadiri konferensi pers peluncurannya.

Ah, kurang dari lima buku dalam setahun! Rak buku lebih banyak dipenuhi oleh kertas fotokopi soal-soal UTS/UAS dan hasil cetak materi kuliah (slide dan e-book) yang belum dimusnahkan. Saya rasa, saya harus kembali giat membaca buku. Walaupun banyak membeli buku berarti banyak mengeluarkan uang. Tapi, jika buku berisi ilmu yang berharga, wajar saja jika perlu pengorbanan untuk membacanya, dan pastinya untuk memilikinya. Tidak jarang pula, ilmu yang ada di dalam satu buku itu jauh lebih mahal daripada harga yang harus ditebus.

Buku yang sedang saya baca saat ini adalah The Apple Way oleh Jeffrey L. Cruikshank, versi terjemahan (Bahasa Indonesia). Bukan, buku ini bukan ditujukan untuk para penggemar komputer. Walaupun saya rasa buku ini sangat direkomendasikan untuk para Apple fanboys . Pada kenyataannya ini adalah buku mengenai manajemen. Mengenai hal-hal yang dapat diambil dari pengalaman dan kebijakan manajemen dari perusahaan Apple, Inc. (sebelumnya Apple Computers, Inc.).

Sementara buku lain yang ingin saya baca adalah iWoz. Sebuah buku biografi mengenai Steve Wozniak, rekan Steve Jobs dalam mendirikan Apple Computers, Inc., yang sesungguhnya menciptakan komputer Apple.

Karena cukup sulit mendapatkan buku ini, saya akhirnya mencoba layanan Amazon. Harga buku versi hardcover di Amazon lebih murah daripada versi biasa di Indonesia. Dengan ongkos kirim internasional, hanya menjadi sedikit lebih mahal. Dan sialnya, kalaupun saya menemukan buku ini di toko buku, kondisinya sudah tidak sempurna lagi — sudah dibuka dan dibaca orang. Ah, dasar orang Indonesia!

Dan sekarang saatnya menunggu kiriman dari Amazon.

Anda punya rekomendasi buku yang bagus?

Atau, mungkin saya perlu buku manajemen dan filsafat?

Atau, mungkin memang kapasitas otak saya yang sudah mencapai batas maksimum? low disk space!