Menambahkan sedikit pemikiran untuk sebuah artikel dari Nona Dita mengenai blogger mati meninggalkan blognya. Dari tulisan tersebut, bisa diperkirakan apan yang terjadi terhadap blog ketika pemilik/pengurusnya meninggal dunia. Sebenarnya permasalahan bukan pada blog, namun pada hosting. Untuk layanan hosting "seumur-hidup" seperti blogger.com ataupun wordpress.com, mungkin memang tidak menjadi masalah, karena layanan ini diperkirakan masih melayani, bahkan "seumur-mati" anggotanya.

Untuk hosting berbayar, tentu hal ini menjadi cukup sulit. Ya, tidak ada lagi yang mengurus hosting kecuali "diwariskan". Ya, ada pilihan untuk "menitipkan" pengelolaan blog kepada ahli waris blogger yang sudah meninggal dunia tersebut. Namun, apakah ahli waris ini sanggup dan mau?

Mungkin solusi web keluarga bisa dipertimbangkan. Ya, web untuk seluruh keluarga atau bahkan dinasti. Sebagai bentuk dukungan saya, maka saya ambil jamrong Zamroni sebagai contoh.

Oke, kita mulai. Misalnya, Zam akan memulai dinasti matriphe. Ini cukup gampang, apalagi domain matriphe.com sudah menjadi miliknya. Nah, jika nanti Zam sudah berkeluarga, dengan Nona Dita misalnya, maka seluruh keluarga dan keturunan yang menjadi anggota dinasti Matriphe dapat menggunakan subdomain dari matriphe.com

Misalnya Zam menggunakan jengjeng.matriphe.com untuk informasi jeng-jeng, dan menggunakan zam.matriphe.com untuk blog pribadinya. Sementara "Nyonya Dita" akan menggunakan dita.matriphe.com atau nyonyadita.matriphe.com.

Nah, anggota lain dari dinasti matriphe akan terus menggunakan subdomain dari matriphe.com ini. Dengan kata lain, selama keturunan Zam mau menjaga domain ini, maka Zam yang sudah almarhum akan tetap tenang di neraka karena blog-nya tetap terjaga.

Yang cukup krusial adalah masalah pemeliharaan. Mungkin bisa diwariskan kepada anak tertua (bener-bener gaya kerajaan) atau anak terpilih yang dirasa mampu untuk memelihara web. Sementara untuk pembiayaan, mungkin bisa dimusyawarahkan secara kekeluargaan.

Hal ini sebenarnya bukanlah hal yang baru. Untuk beberapa suku yang menggunakan sistem marga, seperti Suku Batak, tentunya tinggal mendaftarkan domain berdasarkan marga-nya, misalnya silaban.net. Tentunya admin silaban.net tidak akan keberatan memberikan sebuah subdomain kepada seseorang yang memiliki marga "Silaban", toh mereka adalah masih saudara.

Sementara untuk halaman depan, mungkin bisa diisi dengan sejarah dan silsilah keluarga (atau dinasti, dalam kasus Zam). Juga dapat diisikan agregator jika ternyata merupakan keluarga blogger. Ide lain, bisa juga menempatkan subdomain forum, yang dapat digunakan untuk diskusi keluarga melalui internet.

Tambahan lain, untuk mengakomodasi email yang banyak dan anggota yang masif, dapat juga menggunakan layanan "Google Mail Hosted email" dari Google Apps.

Semoga NonaDita tercerahkan dari tulisan ini.