Antrean BBM
Menjelang kenaikan BBM, pastinya sehari sebelum kenaikan BBM secara resmi akan ada antrian panjang di SPBU Pertamina. Para konsumen BBM biasanya ingin berhemat dengan "mengantri" mengisi BBM pada hari terakhir dengan harga sebelum kenaikan. Apakah hal ini benar bermanfaat?

Saat tulisan ini diturunkan, harga BBM jenis Premium adalah Rp.4.500,-. Sementara rencana kenaikan dari pemerintah adalah sekitar 30%, atau menjadi Rp.5.850,- hingga 40%, atau Rp.6.300,-. Kenaikan yang cukup signifikan.

Jika Anda bisa membeli dengan harga lama saat harga sudah naik, maka Anda bisa berhemat sebesar Rp.1.350,- hingga Rp.1.800,- per liter nya. Bisa dibilang aktifitas penimbunan BBM. Namun, berapa banyakkah yang dapat Anda timbun?

Untuk menimbun dalam skala besar, tentu saja sulit karena dibutuhkan tempat penampungan yang berkapasitas tinggi. Untuk menimbun dalam skala sedang, masih masuk akal, namun dengan kondisi sekarang dimana SPBU tidak mengizinkan pembelian BBM dengan jerigen, maka tetap sulit untuk melakukannya. Penimbunan skala kecil, dapat dilakukan dengan memanfaatkan tangki pada kendaraan. Pilihan terakhir ini cukup populer di kalangan masyarakat kita. Mari kita telaah lebih lanjut...

Kasus pertama, kita menggunakan kendaraan bermotor roda dua, yakni jenis sepeda motor. Umumnya, sepeda motor jenis bebek (underbone) dan skuter memiliki kapasitas tangki BBM sekitar 4 liter. Ya, totalnya bisa mencapai 5 liter, tetapi Anda tidak mungkin mendorong kendaraan Anda ke SPBU karena tangkinya kosong.

Nah, dengan mengikuti "trend" mengisi BBM di malam sebelum kenaikan harga, maka Anda dapat berhemat sebesar Rp.5.400,- (4 liter x Rp.1.350,-/liter) hingga Rp.7.200,- (4 liter x Rp.1.800,-/liter). Kembali ke diri Anda masing-masing, apakah Anda masih merasa untung, dapat berhemat sejumlah angka tersebut dengan mengorbankan waktu dan tenaga Anda untuk mengantri BBM? Apakah lebih baik Anda mengerjakan pekerjaan lain yang lebih bermanfaat, atau yang lebih produktif?

Untuk sepeda motor laki (sport), kapasitas tangkinya lebih besar. Kita asumsikan sekitar 14 liter. Maka, dengan mengikuti "trend" tersebut, Anda dapat berhemat sebesar Rp.18.900,- (14 liter x Rp.1.350,-/liter) hingga Rp.25.200,- (14 liter x Rp.1.800,-/liter). Dan kembali ke pertanyaan sebelumnya: apakah Anda merasa untung?

Selain kerugian waktu, ada hal lain yang perlu diperhatikan. Saat antri, ada 3 pilihan bagi pengendara: mematikan mesin dan mendorong motor saat antrian maju; mematikan mesin saat antrian, dan menghidupkan mesin untuk memajukan motor; atau, terus menghidupkan mesin baik sewaktu berhenti maupun maju saat antrian.

Pilihan pertama adalah pilihan terbaik, karena mesin tidak mengkonsumsi BBM sama sekali, namun tentu saja tenaga fisik Anda yang dikorbankan. Ingat, antrian tersebut biasanya cukup panjang.

Pilihan kedua, adalah pilihan terburuk, semakin sering mesin kendaraan dihidup-matikan berulang-ulang, selain konsumsi BBM yang menjadi lebih boros dari biasanya, mesin pun jadi lebih tidak awet. Jika yang mengantri ada sekitar 40 kendaraan, maka mesin Anda pun dihidup-matikan sebanyak 40 kali.

Pilihan ketiga, karena mesin hidup terus, tentunya BBM akan terus dikonsumsi tanpa henti. Namun konsumsinya tidak akan seboros seperti pilihan kedua. Namun yang menjadi masalah ketika mesin hidup namun kendaraan tidak berjalan adalah suhu (temperatur). Karena posisi kendaraan adalah diam, tentunya tidak ada angin yang meniup mesin (secara langsung bagi kendaraan yang menggunakan pendingin udara), atau meniup radiator (bagi kendaraan yang menggunakan pendingin cairan) sehingga suhu mesin berada di atas rata-rata suhu normal. Tentunya hal ini berakibat buruk bagi komponen mesin Anda.

Masih mau mencoba "trend" ini, untuk sedikit untung dengan mengorbankan banyak hal?

Mari kita lihat kasus kedua, yakni pada kendaraan bermotor roda empat, atau mobil. Rata-rata, kapasitas tangki BBM pada mobil keluarga adalah 45 liter. Bisa kita hitung seperti cara di atas, Anda bisa berhemat Rp.60.750,- (45 liter x Rp. 1.350,- per liter) hingga Rp.81.000,- (45 liter x Rp.1.800,- per liter).

Namun mari kita lihat lagi... Antrian mobil tentu saja lebih lama daripada antrian sepeda motor, karena pengisian tangki dengan kapasitas yang lebih besar memerlukan waktu yang lebih lama. Selama proses antrian, 3 pilihan seperti diatas tetap ada, dan mari kita lihat satu per satu.

Pilihan pertama, tentunya sangat tidak dianjurkan, karena mendorong mobil bukanlah hal yang gampang seperti mendorong sepeda motor, walaupun hanya untuk hitungan beberapa meter. Sehingga, pilihan ini tidak cukup realistis. Kecuali jika Anda ngotot untuk memilih jalan ini demi berhemat!

Pilihan kedua, sama seperti pada sepeda motor: BBM lebih boros serta mesin tidak awet.

Pilihan ketiga, juga masih sama: BBM boros dan mesin kepanasan yang berakibat pada pendeknya komponen mesin. Apalagi jika saat antri, Anda menggunakan fitur penyejuk udara (AC, air conditioner), hal ini akan jadi semakin parah.

Nah, mengingat cukup tingginya harga komponen mesin sepeda motor, apalagi mobil. Apakah Anda masih mau mengikuti "trend" ini?

PS:
Foto diambil dari situs Indonesia Satu: Antrean di SPBU Tak Jauh Beda dengan Malam Pengumuman Kenaikan BBM (Selasa, 05 Juli 2005)